Ketika aku mulai memasuki bangku kuliah, aku mulai belajar hidup sendiri dengan tinggal di sebuah rumah kost dekat kampus. Aku tidak tahu bahwa kebanyakan teman-teman serumah kostku adalah gay. Aku tidak menaruh curiga sama sekali dengan aktivitas mereka yang sering berlama-lama dalam kamar teman yang lain. Mungkin mereka sedang belajar bersama, itu pikirku.
Suatu malam aku kembali mendengar pembicaraan mereka dan aku semakin penasaran dengan apa yang mereka perbincangkan, aku mulai mendekati jendela kamar yang ada di samping kamarku itu dan mengintip ke dalam. Astaga, ternyata mereka sedang menonton"blue film", Aku semakin mendekat dan memperhatikan film itu. Aku terkejut, ternyata mereka sedang menonton film gay porno. Namun, aku mulai juga tegang melihat film itu.
"Hei, Geo. Lagi ngapain? kok pake intip-intip segala? masuk aja nggak apa-apa kok!" ujar Sandy teman kamar sebelah. Aku kaget setengah mati, tapi aku berusaha untuk tersenyum.
"Nggak akh, aku nggak enak sama mereka" ujarku sambil berlalu ke dalam kamarku.
Namun, Sandy mengikuti aku dan turut masuk ke kamarku dan kami pun duduk di atas tempat tidur.
"Geo, aku ingin tanya sama kamu, boleh ya"
"Boleh aja kok"
"Geo, kamu tertarik juga ya sama cowok?"
Ah, pertanyaan itu membuatku berhenti bernafas.
"Nggak, aku normal kok! Aku masih tertarik sama cewek."
"Emang kamu sudah pernah dapatin cewek untuk ml?" tanyanya lagi.
"Nggak pernah sih" jawabku menunduk.
"Kalau kamu mau, kita bisa ml. Enak lho, daripada kamu terus tahan-tahan nafsu kamu, kan lebih baik disalurkan agar jangan terus jadi beban. Lagian mana ada sih cewek yang mau sembarangan digituin, sama cowok aja, banyak kok yang mau, ya.. walau mereka normal tapi mereka biasa juga cari variasi," jelas Sandy.
Kami terdiam sesaat dan Sandy mulai memelukku dan menciumi bibirku dengan penuh nafsu. Tangan kirinya merangkulku dan tangan kanannya mulai mengusah dadaku hingga turun ke bawah penisku. Aku tidak bisa berbuat apa-apa, aku menikmati ciuman itu. Lama Sandy mempermainkan perasaanku, dan aku seperti dihipnotis oleh kecupan dan isapan bibir Sandy yang mempermainkan lidahku dan menjelajahi seluruh bagian mulutku. Aku hanya diam saja menerima apa yang sedang terjadi dengan diriku.
Sandy lalu melepaskan aku dan bertanya,"Gimana? enak kan?" Aku hanya diam lalu menjawab setelah beberapa detik.
"Ya, Sandy. Aku menikmatinya". Sandy kemudian berdiri dan mengajakku ke kamar sebelah dimana ada Richard dan Ivan sedang menonton film gay. Terus terang, aku tidak ada perasaan untuk menolak sama sekali, aku dengan mudahnya ditarik oleh Sandy ke kamarnya Richard.
Sesampainya aku dan Sandy ke kamar mereka, mereka langsung mematikan video itu.
"Sandy, ngapain kamu bawa-bawa Geofanny ke sini?" tanya Richard.
"Ric, Ivan, dia juga mau gabung kok sama kita. Dia teman yang baikkan?" jawab Sandy.
"Maksud lo apa sih? Dia juga mau nonton?"
"Iya. ya kan Geo? Tadi dia ngintip kalian lho nonton video itu"
"Oke.." sahut Richard dan menghampiri aku dan memeluk aku sambil mencium bibir aku. Ini adalah tanda persahabatan mereka, dan Ivan pun melakukan hal yang sama.
Entahlah, aku tidak mengerti dengan perasaan aku sendiri, sepertinya aku memasuki lembaran baru dalam kehidupanku. Aku mulai menikmati dunia gay dan aku mulai juga memperhatikan sesama jenis.
Mereka kembali memutar video itu dan aku pun mulai duduk di sofa memperhatikannya. Aku mula-mula merasa jijik dan geli sendiri melihat aksi-aksi panas video itu. Tapi lama kelamaan aku mulai menikmati dan kurasa penisku pun mulai bangkit. Tak terasa video itu selesai. Mereka mulai pada bangkit berdiri. Ivan mulai mencium Sandy dan Richard datang menghampiriku dan mengajakku bangkit dari duduk lalu menciumi aku dengan penuh nafsu. Kudengar bunyi detak nafasnya yang tajam membuat aku semakin bernafsu juga. Entahlah.. tapi aku sekarang menikmatinya.
Sambil berciuman kami saling melepaskan busana lawan main dan akhirnya kami semua telanjang bulat. Wow.. aku terpaku melihat penis masing-masing. penis mereka pada besar dan panjang kira-kira dua genggaman tangan. Richard mulai menunduk dan meremas-remas penisku yang masik setengah tidur, dan akhirnya tegak juga berdiri keras dan kuat. Richard kemudian mengulumnya dan sesekali mengisapnya. Kurasakan lidahnya memutar-mutar menjilati seluruh bagian penisku yang ada dalam mulutnya. kemudian mengayun maju-mundur kepalanya ."Akh..akh.." hanya itu yang keluar dari mulutku, aku mendesah kenikmatan kala Richard mengisap keras penisku dan terasa hingga ke ujung syaraf-syaraf dalam perutku.
Sementara itu Ivan dan Sandy juga melakukan hal yang sama. Mereka berada di samping kami. Tak lama kemudian, Richard berdiri dan menyuruhku mengulum penisnya. Aku dengan hati yang ragu mulai menunduk dan tepat di depan mataku adalah penis Richard yang berdiri tegak, kuat dan keras berwarna merah tua, tidak kujumpai rambut-rambut menghalangi pandanganku. Hati saya masih diliputi rasa jijik dan geli untuk melakukannya, aku hanya diam memandangi milik Richard itu. Lalu Richard memegang kepalaku dan menyentuhkannya ke penisnya, Ya.. aku menciumnya, tercium bau yang harum.
"Ayolah Geo, kamu bisa melakukannya. Cobalah, maka kamu akan menikmatinya," kata Richard dengan nada pelan.
Aku mulai membuka mulutku dan mengluarkan lidahku dan menjilat-jilati kepala penis besar itu. Tak lama, aku pun berani memasukkan penis besar itu ke dalam mulutku dan mengulumnya dengan mempermainkan lidahku di dalamnya sambil mengisap-isapnya. Ya.. ini pertama kali aku lakukan mengisap yang asing tapi ini sangat enak dan bahkan lebih enak dari isapan jus lemon dan nenas.
Richard lalu melepaskan penisnya dari mulutku dan membuatku berdiri.
"Geo, gantian ya!"
Aku hanya menunduk. Richard kembali berjongkok di depanku dan kembali mengulum penisku. Tapi ada yang baru yang ia lakukan. Dengan kedua tangannya, ia nulai melebarkan pantatkku dan memasukkan jarinya ke dalam lubang anusku,"augh" hanya itu yang keluar dari mulutku. kurasakan jari itu kian lama kian dalam dan bergerak-gerak di dalamnya. aku sangat kenikmatan dengan apa yang Richard lakukan sekarang. Setelah kira-kira semenit ia melakukan ini, aku diangkatnya dan digendong ke tempat tidur serta membaringkanku disana. Richard mulai menindih tubuhku dengan tubuhnya yang tegap dan kekar berotot. Bibirnya kembalui menenpel di bibirku dan kami pun berperang lidah.
Sementara itu Ivan dan Sandy sedang melakukan oral seks dengan posisi 69, mereka melakukannya di lantai. Namun aku tidak terlalu memperhatikan mereka karena aku sesekali terhalang pandangan oleh kepala Richard yang dengan aktivnya menikmati dan menjilat-jilati bibirku dan mempermainkan lidahku di dalamnya.
Richard lalu melepaskan ciuman maut itu yang sangat membuatku seolah terbang.
"Geo, aku mau anal kamu. mau kan? enak lho!"
"Boleh.." jawabku.
Richard lalu menarik kedua kakiku ke tepi ranjang dan ia sendiri berdiri di samping ranjang dengan kaki di lantai. Ia mulai mengangkat pantatku dan meletakkan kedua tungkaiku di atas bahunya. Lalu Ia mendekatkan kepala penis besarnya itu ke depan lubang analku. Lalu Richard mengoleskan semacam minyak pelicin ke penisnya dan menuangkannya juga di atas bibir lubang pantatku. Dia mulai menyentuhkan kepala penisnya ke bibir anusku. Aku mulai merasa kepanasan dan keringat dingin. Aku tidak tahu apakah ini akan terasa sakit atau enak karena aku sendiri belum pernah merasakan ini sebelumnya.
"Geo, kamu masih perawan ya?"
"Iya, aku baru kali ini melakukannya"
"Aku beruntung dong mendapatkan kamu"
Aku hanya tersenyum memandang wajah ganteng Richard.
Richard mulai membuka lebar kedua pantatku dan memasukkan kembali dua jari kirinya ke dalam anusku yang telah diolesi dengan minyak pelicin tadi."Augh.. augh.." aku agak merasa sakit terutama di bagian bibir anusku. Lalu Richard mengeluarkannya dan memasukkan kepala penisnya. Aku lebih merasa sakit karena ukurannya lebih besar, dan akhirnya dengan perlahan semua batang penisnya masuk ke dalam anusku, Aku merasakan bahwa penisnya terlalu dalam masuk hingga menyentuh bagian perutku.
"Akh.. pelan-pelan Ric, aku sakit nih" aku mengeluh dengan wajah merintih.
"Nggak apa-apa kok, nanti juga kamu akan keenakan, memang awalnya sakit. Aku pelan-pelan aja kok" Richard mulai menggerakkan penisnya keluar masuk secara perlahan-lahan dan lama kelamaan,
"Akh, terusin Ric, enak.. enak, lebih dalam lagi dong!"
Richard lalu mulai mempercepat ayunan itu dan sesekali kembali meneteskan minyak pelicin ke penisnya. Richard sesekali pula mengeluarkan kepalanya dari dalam anusku. Ya, aku bagaikan terbang melayang saat kepala penis itu kembali mengocok-ngocok perutku lewat lubang anusku. Sambil melakukan ayunan itu, Tangan kanan Richard tak mau menganggur. Ia mulai melakukan elusan-elusan pada penisku dan pahaku serta memijat-mijat buah testisku. Aku mengerang keenakan dengan mengangkat dada dan mendongak ke atas.
"Ric, aku mau keluar nih.."
Richard lalu mempercepat ayunan itu dan kedua tangannya mengelus-elus kedua puting susuku. Akh.. ini sangat menggairahkan.
dan akhirnya, "Augh..croot.. croot.. croot."
Aku menggeliat sekuat tenaga merasakan puncak nikmat yang kugapai. Seluruh badanku terangkat ke atas ditopang oleh kepalaku. Spermaku kini membasahi dadaku dan semprotan pertama dan kedua mencapai wajahku dan semrotan ketiga hingga semprotan terakhir masuk ke dalam mulut Richard yang sempat menunduk saat itu.
Aku merasa loyo sekarang, aku merasa badanku sangat capek. Tapi Richard masih melanjutkan beberapa kali ayunan dan, "croot.. croot.. croot" kurasa sesuatu yang hangat menyemprot ke dalam bagian bawah perutku. Richard memasukkan semua penisnya saat ejakulasinya terjadi. Aku hanya bisa mengerang kenikmatan pada lubang anusku dan menjepit erat penis Richard dengan otot bibir anusku.
Akhirnya kami selesai juga, Richard lalu mengeluarkan penisnya dan masih sempat merasakan bagaimana rasanya penis itu ditarik dari dalam anusku. Saat Richard mengeluarkan penisnya itu, sedikit sperma membasahi anusku dan jatuh beberapa tetes ke lantai. Kemudian, Richard naik ke tempat tidur dan menindih tubuhku, memelukku erat dan menciumku. Aku baru sekarang merasakan yang namanya kasih sayang yang berasal dari hati, perasaan damai dalam hati yang tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata.
Sementara itu Sandy dan Ivan sedang melakukan anal seks di kursi sofa. Kulihat, Ivan duduk di atas sofa dan Sandy berhadapan dengannya, namun penis Ivan masuk ke dalam lubang anus Sandy. Sementara Sandy mengayunkan pantatnya naik turun. Kulihat jelas bagaimana penis Ivan yang besar dan juga panjang itu keluar masuk lubang pantat Sandy. Aku hanya menikmatinya lewat pandangan mata dan membayangkan seolah-olah aku yang sedang melakukannya. Tapi badanku sendiri masih lemas dan letih dan hawa nafas Richard masih kurasakan di telingaku, karena dia memelukku dari belakang. Tapi aku tetap memperhatikan aksi Ivan dan Sandy.
Akhirnya terlihat Ivan mengerang dan kuat mengangkat pantatnya naik "akh.. akh," ternyata Ivan kini mengalami puncak kenikmatan. Sandy memeluk Ivan dengan eratnya dan ternyata beberapa detik kemudian Sandy pun langsung mengeluarkan penis Ivan dari anusnya dan berdiri di depanIvan yang sedang duduk di atas sofa. Sandy lalu mengocok-ngocok dengan cepatnya penisnya sendiri dan akhirnya.. "croot.. croot..croot" sperma yang kental menyerang wajah Ivan dan kulihat Ivan menjilatinya dan menelannya.
Pagi sudah menyingsing dan ternyata kami tidur semua tanpa busana di atas satu ranjang. Kami merasa keletihan dan loyo setelah melakukan 'pesta' itu. Aku kembali ke kamar dan bertanya pada diriku sendiri, "Oh My God, apa yang telah aku lakukan, aku sangat menyesal, mengapa aku tidak kuat menahan godaan ini. Tuhan, aku jadi gay."
Tapi aku tidak mau terus memikirkan itu, aku kini menikmati lembar kehidupanku yang baru. Ya.. bergelut dengan cinta sesama jenis dan kadang melakukan making love dengan mereka. Ini adalah kehidupan yang menyenangkan. Aku kini tak lagi melirik cewek seperti yang dulu. Aku memuaskan diriku dan memberikan cintaku pada sahabat-sahabat kekasihku.
Sunday, May 29, 2011
mimpi jadi nyata
Cerita ini merupakan pengalaman seks aku yang pertama kalinya dengan seorang anak laki-laki. Dulu saat aku kelas 1 SMA, aku mempunyai banyak teman, dari yang lebih tua sampai yang lebih muda umurnya. Aku mempunyai seorang teman yang bernama Andi, entah kenapa aku sangat tertarik kepadanya. Memang sejak aku SMP aku suka sekali onani sampai klimaks. Dan Andi pun menceritakan bahwa hingga sekarang pun dia suka onani (setiap kali kalau sedang mandi, katanya). Kami berteman cukup lama. Dan aku selalu menyimpan perasaan suka itu.
Awal mulanya begini, kami berdua masuk suatu organisasi (bukan organisasi terlarang), dan diadakan acara di sekolah, kami semua menginap di sekolah. Acara itu diadakan pada sore hari. Dan pada saat mau tidur, aku dan Andi tidak bisa tidur. Kami ngobrol dan bercanda di ruangan sebelah yang agak jauh dari ruang tidur anak-anak yang lainnya. Entah kenapa benda panjang milikku waktu itu berdiri tegak terus. Andi pun menanyakan apa yang kupikirkan sehingga kemaluanku berdiri tegak. Dia pun merabanya, walaupun aku masih mengenakan baju lengkap. Aku juga meraba rudalnya yang masih terbungkus celana pendeknya. Pada saat itu aku tidak sadar bahwa Andi pun adalah seorang gay. Dia pun memulai perbincangan tentang seks dan lainnya. Dia meminta agar aku memperlihatkan benda panjangku yang berdiri tegak itu kepadanya. Dan anehnya, aku menuruti kemauannya.
Di ruangan yang gelap itu, aku pun membuka bajuku satu-persatu, mulai dari kaos dan celana pendekku. Dan Andi pun mulai membuka semua pakaiannya dan ternyata ia sudah telanjang bulat dengan batang kemaluan yang setengah tegang. Bulu kemaluannya waktu itu sudah terlihat mulai lebat. Saat itu aku belum membuka celana dalamku, dan batang kejantananku sudah berdiri sangat tegaknya karena ditambahnya pemandangan tubuh telanjang Andi.
Lalu Andi pun membatuku membukakan celana dalamku. Dia berlutut di depan batangku yang mengeras. Andi sedikit tertawa melihat ke arah batang kejantananku, karena ia tidak melihat adanya bulu kemaluan di sekitar benda pusakaku, karena memang kemarin harinya aku sengaja mencukurnya sampai habis. Dengan demikian terlihatlah batang kejantananku yang besar. Berdiri tegak dengan sempurna sampai sedikit berdenyut. Memang saat itu yang lebih bergairah adalah Andi, karena aku sengaja diam saja untuk melihat reaksinya. Ternyata sadis sekali pemandangan itu.
Lalu ia pun langsung menyuruhku duduk di kursi dan ia pun mengulum batang kejantananku, dan wah.. nikmat sekali. Andi memainkan senjataku dengan lidahnya di dalam mulutnya dan semakin nikmat aku merasakannya. Disedotnya burungku dengan kuatnya, dan aku hanya bisa terpejam merasakan nikmatnya kuluman Andi. Kurang lebih 15 menit kemaluanku dimainkan Andi. Aku pun merasakan bahwa aku akan mencapai puncaknya. Lalu Andi mengeluarkan batang kejantananku dari mulutnya dan ia mengocok kembali rudalku dengan tangannya dan, "Crrott.. crott..!" keluarlah cairan putih kental dari dalam kemaluanku dan aku merasakan kenikmatan yang luar biasa.
Ternyata Andi tidak puas begitu saja. Ia menjilati seluruh spermaku yang tumpah ke perut dan dadaku serta ia juga menciumi aku sehingga kami saling bercumbu dengan posisi Andi duduk di pangkuanku. Aku pun hanya pasrah dan menuruti saja apa yang Andi mau. Lalu ia menyuruhku berdiri dan telungkup di atas meja. Ternyata ia mulai memasukkan kemaluannya yang lumayan besar itu ke dalam anusku.
Awalnya aku merasa sakit karena ada benda sebesar itu masuk ke lubang anusku yang sempit. Tapi perlahan-lahan rasa sakit itu hilang, dan Andi pun mulai beraksi setelah masuk semua batang kejantanannya ke dalam anusku. Aku pun merasakan ada yang mengalir di dalam anusku, dan ternyata itu adalah spermanya Andi.
Setelah kami berdua merasa lelah, kami pun menyudahi permainan nikmat itu. Aku mulai memakaikan baju ke Andi karena ia sudah kelihatan sangat lelah. Setelah itu Andi pun memakaikan aku baju. Pertama kaosku, eh ternyata dia tidak langsung memakaikan aku celana dalam, yang kulihat dia malah mengulum kemaluanku yang sudah lemas tadi sampai mulai berdiri tegak kembali. Melihat hal itu aku membiarkan saja, dan aku kembali mencapai puncaknya untuk kedua kalinya. Setelah itu ia baru memakaikan semua pakaianku.
Kebiasaanku tidak hanya berhenti sampai disitu saja, karena diriku sekarang sudah menjadi seorang gay yang selalu merindukan yang namanya kemaluan lelaki. Kehidupanku selanjutnya mengalami beberapa pengalaman indah seperti kejadian saat aku kelas 2 SMA. Hal serupa juga terjadi disaat organisasi kami mengadakan acara untuk liburan sekolah.
Akhirnya, saat yang kutunggu-tunggu telah tiba, yaitu liburan kenaikan kelas. Untung saja aku naik kelas 3. Dan liburan ini sangatlah lama. Pada pertengahan bulan Juli akan diadakan acara retret yang dilakukan oleh organisasiku. Acara ini berlangsung selama 3 hari 2 malam di daerah Cipanas. Karena liburan waktunya lama, jadi aku ikutan saja pergi. Seminggu sebelum keberangkatan, diadakan rapat dan semua peserta harus ikut untuk pemberitahuan apa saja yang harus dibawa saat itu. Pada rapat itu, ternyata Andi pun datang dan dia juga ternyata ikutan pergi. Dalam hati aku merasa senang sekali kalau dia itu ikutan, apalagi kalau nanti aku bisa sekamar dengan dia.
Akhirnya hari keberangkatan pun tiba, dan kami semua pergi dengan senang tanpa harus memikirkan tentang sekolah lagi. Kami tiba di tempat tujuan pada sore hari. Setelah tiba disana, kami pun beristirahat sejenak dan pembagian kamar pun dimulai. Dimana peserta yang hadir ada 30 orang dan satu kamar hanya diisi 3 orang saja (supaya kalau mau tidur tidak berisik).
Dengan rasa gembira, ternyata aku sekamar dengan Andi dan dia terlihat gembira juga. Teman kami yang satunya bernama Johan. Dia juga sekelas dengan Andi pada satu sekolah. Acara demi acara kami lalui bersama, dan tibalah untuk tidur malam. Akhirnya semua peserta pun masuk ke kamarnya masing-masing dan menguncinya.
Pada malam itu, aku, Andi, dan Johan tidak bisa tidur. Kami hanya mengabiskan waktu dengan bermain kartu, bercanda dan ngobrol agar kami bisa tidur nantinya. Memang kata Andi kalau Johan ini suka ngomong yang seenaknya, tapi selalu benar, alias suka ceplas-ceplos saja. Aku dan Andi agak sedikit jengkel dibuatnya, tapi kami tidak bisa marah, masalahnya Johan ini orangnya lucu. Maka aku dan Andi sepakat untuk ngerjain dia (bukan sampai ke hal yang gituan lho..).
Kami pun menjalankan rencana kami berdua. Karena Andi badannya lebih besar dari Johan dan aku, makanya aku suruh dia untuk memegangi Johan. Aku mengelitiki dia sampai kelelahan ketawa dan minta ampun ke kami berdua. Karena melihat sudah lemas karena kebanyakan ketawa, Andi pun menyuruhku menelanjanginya dan Johan hanya bisa berontak, tapi apa daya. Lalu dengan cepat aku menelanjangi Johan sampai tidak ada satu benang pun menempel di badannya. Maka dari itu terlihatlah badan Johan yang kecil, putih dan agak kurus itu, juga terlihat batang kemaluan yang kecil dan masih dalam kondisi tidur. Aku pun gantian memegangi Johan dengan Andi.
Yang kulihat justru Andi membuka semua bajunya sampai telanjang, aku sih hanya diam saja, karena aku tahu apa maksudnya dan juga aku melihat batang kemaluan Andi yang mulai tegang. Namun Johan tidak tahu bahwa Andi sudah telanjang, karena wajahnya kututupi dengan bantal. Andi pun mulai membelai-belai lembut batang kemaluan Johan, dan dengan seketika menjadi tegang rudal putihnya. Aku yang melihatnya menjadi sangat bernafsu, karena tidak ada satu bulu kemaluan pun terlihat (belum tumbuh) dan aku merasa bahwa senjata rahasiaku mulai bergerak semakin besar. Andi pun langsung menciumi Johan, mulai dari mulutnya dan terus ke seluruh badannya dan terlihat Johan sangat menikmatinya.
Setelah terlihat mulai tidak berontak, aku pun melepas peganganku. Aku duduk sejenak melihat aksi Andi. Ternyata aku tidak tahan lagi, dan aku buka semua pakaianku sampai aku telanjang bulat juga. Batang kemaluanku sudah tegang dari tadi dan sudah sangat keras. Saat itu aku mencukur seluruh bulu kemaluanku sehingga terlihat licin, sekilas terlihat sama dengan kepunyaan Johan.
Aku pun ikut dalam permainan tersebut. Johan pun kami berdirikan, Andi dan aku terus menciumi Johan dan merabanya sampai dia merasa nikmat. Andi mulai mengarahkan batang kejantanannya untuk dimasukkan ke dalam anus Johan, dan aku mulai mengulum rudal putihnya. Akhirnya Andi pun mencapai orgasmenya setelah terus mengocok batang kejantanannya di dalam anus Johan. Dan tumpahlah air mani Andi ke dalam anus Johan. Karena aku melihat bahwa Johan akan sampai pada orgasmenya, aku berhenti mengulum batang rudalnya. Andi pun mulai mengeluarkan batangnya yang mulai lemas dari anus Johan. Batang kemaluan Johan kutuntun untuk masuk ke dalam anusku. Dan Andi pun mengulum batang kemaluanku dengan nafsunya.
Coba bayangkan, batang kemaluanku dikulum dan Johan mnyodomiku, kenikmatannya sudah tidak terbayangkan lagi. Akhirnya semua badanku mengejang dan sepertinya sudah mau keluar. Bersamaan dengan itu, air mani Johan pun tumpah ke dalam anusku. Dan selang waktu yang tidak lama, maniku pun keluar membasahi wajah dan mulut Andi. Wow.. luar biasa deh enaknya. Sampai-sampai aku tidak kuat berdiri lagi.
Lalu pelan-pelan batang kejantanan Johan mulai dikeluarkan, dan Andi pun mulai membersihkan semua maniku yang tumpah ke wajahnya dan sedikit ke badanku. Aku pun hanya bisa tiduran di lantai karena merasa sudah sangat lelah. Karena Johan merasa tidak terima perbuatanku terhadapnya, maka dia langsung mencium aku dengan nafsu dan kubiarkan saja badanku diciumi Johan yang juga diikuti Andi. Aku hanya diam saja, hingga mereka berdua puas bermain dengan badan dan batang kemaluanku. Batang kejantananku yang tadinya mulai melemas, mereka paksa untuk berdiri tegak lagi. Dan yang kulihat, kemaluan mereka berdua mulai berdiri juga.
Aku pun mulai mengulum rudalnya Andi, dan akhirnya kami saling mengulum rudal teman. Entah setan apa yang ada, Andi langsung memasukkan kembali batang kejantanannya ke anusku, dan terpaksa batang kejantananku juga kumasukkan ke anus Johan, sehingga kami saling menyodomi. Tanganku mulai mengocok batang kejantanan Johan yang lebih kecil dari milik kami berdua. Merasakan bahwa batang kejantanan Andi dikeluarkan dari anusku, aku pun ikut mengeluarkan rudalku dari anus Johan. Kami bertiga saling berpelukan dan mengocok kemaluan yang lainnya. Akhirnya kami sampai pada klimaksnya, dan air mani kami bertiga membasahi seluruh tubuh kami. Dan saat itu kami saling berciuman.
Untung saja kamar mandinya ada di dalam kamar, sehingga kami tidak perlu keluar dengan keadaan badan penuh sperma dan sedikit lengket gitu. Soalnya kalau ketahuan bisa celaka.
Kami bertiga pun saling membersihkan badan kami dari air mani yang menempel di badan kami. Kami saling mengelap badan kami dari wajah sampai kaki dan tidak lupa kemaluan kami. Tapi apa daya, merasakan batang kemaluan kami masing-masing dielus-elus teman, maka berdiri lagi lah kemaluan kami. Dan kami saling tertawa melihat kemaluan masing-masing yang sedang berdiri tegang. Tapi kami tidak saling berhubungan badan lagi, karena sudah merasa sangat lelah setelah 2 kali klimaks.
Akhirnya kami pun pergi tidur dan istirahat. Dan kami bertiga putuskan untuk tidur tanpa busana. Kami bertiga tidur saling berpelukan dengan Johan berada di tengah-tengah dan saling memegang kemaluan yang lainnya.
Awal mulanya begini, kami berdua masuk suatu organisasi (bukan organisasi terlarang), dan diadakan acara di sekolah, kami semua menginap di sekolah. Acara itu diadakan pada sore hari. Dan pada saat mau tidur, aku dan Andi tidak bisa tidur. Kami ngobrol dan bercanda di ruangan sebelah yang agak jauh dari ruang tidur anak-anak yang lainnya. Entah kenapa benda panjang milikku waktu itu berdiri tegak terus. Andi pun menanyakan apa yang kupikirkan sehingga kemaluanku berdiri tegak. Dia pun merabanya, walaupun aku masih mengenakan baju lengkap. Aku juga meraba rudalnya yang masih terbungkus celana pendeknya. Pada saat itu aku tidak sadar bahwa Andi pun adalah seorang gay. Dia pun memulai perbincangan tentang seks dan lainnya. Dia meminta agar aku memperlihatkan benda panjangku yang berdiri tegak itu kepadanya. Dan anehnya, aku menuruti kemauannya.
Di ruangan yang gelap itu, aku pun membuka bajuku satu-persatu, mulai dari kaos dan celana pendekku. Dan Andi pun mulai membuka semua pakaiannya dan ternyata ia sudah telanjang bulat dengan batang kemaluan yang setengah tegang. Bulu kemaluannya waktu itu sudah terlihat mulai lebat. Saat itu aku belum membuka celana dalamku, dan batang kejantananku sudah berdiri sangat tegaknya karena ditambahnya pemandangan tubuh telanjang Andi.
Lalu Andi pun membatuku membukakan celana dalamku. Dia berlutut di depan batangku yang mengeras. Andi sedikit tertawa melihat ke arah batang kejantananku, karena ia tidak melihat adanya bulu kemaluan di sekitar benda pusakaku, karena memang kemarin harinya aku sengaja mencukurnya sampai habis. Dengan demikian terlihatlah batang kejantananku yang besar. Berdiri tegak dengan sempurna sampai sedikit berdenyut. Memang saat itu yang lebih bergairah adalah Andi, karena aku sengaja diam saja untuk melihat reaksinya. Ternyata sadis sekali pemandangan itu.
Lalu ia pun langsung menyuruhku duduk di kursi dan ia pun mengulum batang kejantananku, dan wah.. nikmat sekali. Andi memainkan senjataku dengan lidahnya di dalam mulutnya dan semakin nikmat aku merasakannya. Disedotnya burungku dengan kuatnya, dan aku hanya bisa terpejam merasakan nikmatnya kuluman Andi. Kurang lebih 15 menit kemaluanku dimainkan Andi. Aku pun merasakan bahwa aku akan mencapai puncaknya. Lalu Andi mengeluarkan batang kejantananku dari mulutnya dan ia mengocok kembali rudalku dengan tangannya dan, "Crrott.. crott..!" keluarlah cairan putih kental dari dalam kemaluanku dan aku merasakan kenikmatan yang luar biasa.
Ternyata Andi tidak puas begitu saja. Ia menjilati seluruh spermaku yang tumpah ke perut dan dadaku serta ia juga menciumi aku sehingga kami saling bercumbu dengan posisi Andi duduk di pangkuanku. Aku pun hanya pasrah dan menuruti saja apa yang Andi mau. Lalu ia menyuruhku berdiri dan telungkup di atas meja. Ternyata ia mulai memasukkan kemaluannya yang lumayan besar itu ke dalam anusku.
Awalnya aku merasa sakit karena ada benda sebesar itu masuk ke lubang anusku yang sempit. Tapi perlahan-lahan rasa sakit itu hilang, dan Andi pun mulai beraksi setelah masuk semua batang kejantanannya ke dalam anusku. Aku pun merasakan ada yang mengalir di dalam anusku, dan ternyata itu adalah spermanya Andi.
Setelah kami berdua merasa lelah, kami pun menyudahi permainan nikmat itu. Aku mulai memakaikan baju ke Andi karena ia sudah kelihatan sangat lelah. Setelah itu Andi pun memakaikan aku baju. Pertama kaosku, eh ternyata dia tidak langsung memakaikan aku celana dalam, yang kulihat dia malah mengulum kemaluanku yang sudah lemas tadi sampai mulai berdiri tegak kembali. Melihat hal itu aku membiarkan saja, dan aku kembali mencapai puncaknya untuk kedua kalinya. Setelah itu ia baru memakaikan semua pakaianku.
Kebiasaanku tidak hanya berhenti sampai disitu saja, karena diriku sekarang sudah menjadi seorang gay yang selalu merindukan yang namanya kemaluan lelaki. Kehidupanku selanjutnya mengalami beberapa pengalaman indah seperti kejadian saat aku kelas 2 SMA. Hal serupa juga terjadi disaat organisasi kami mengadakan acara untuk liburan sekolah.
Akhirnya, saat yang kutunggu-tunggu telah tiba, yaitu liburan kenaikan kelas. Untung saja aku naik kelas 3. Dan liburan ini sangatlah lama. Pada pertengahan bulan Juli akan diadakan acara retret yang dilakukan oleh organisasiku. Acara ini berlangsung selama 3 hari 2 malam di daerah Cipanas. Karena liburan waktunya lama, jadi aku ikutan saja pergi. Seminggu sebelum keberangkatan, diadakan rapat dan semua peserta harus ikut untuk pemberitahuan apa saja yang harus dibawa saat itu. Pada rapat itu, ternyata Andi pun datang dan dia juga ternyata ikutan pergi. Dalam hati aku merasa senang sekali kalau dia itu ikutan, apalagi kalau nanti aku bisa sekamar dengan dia.
Akhirnya hari keberangkatan pun tiba, dan kami semua pergi dengan senang tanpa harus memikirkan tentang sekolah lagi. Kami tiba di tempat tujuan pada sore hari. Setelah tiba disana, kami pun beristirahat sejenak dan pembagian kamar pun dimulai. Dimana peserta yang hadir ada 30 orang dan satu kamar hanya diisi 3 orang saja (supaya kalau mau tidur tidak berisik).
Dengan rasa gembira, ternyata aku sekamar dengan Andi dan dia terlihat gembira juga. Teman kami yang satunya bernama Johan. Dia juga sekelas dengan Andi pada satu sekolah. Acara demi acara kami lalui bersama, dan tibalah untuk tidur malam. Akhirnya semua peserta pun masuk ke kamarnya masing-masing dan menguncinya.
Pada malam itu, aku, Andi, dan Johan tidak bisa tidur. Kami hanya mengabiskan waktu dengan bermain kartu, bercanda dan ngobrol agar kami bisa tidur nantinya. Memang kata Andi kalau Johan ini suka ngomong yang seenaknya, tapi selalu benar, alias suka ceplas-ceplos saja. Aku dan Andi agak sedikit jengkel dibuatnya, tapi kami tidak bisa marah, masalahnya Johan ini orangnya lucu. Maka aku dan Andi sepakat untuk ngerjain dia (bukan sampai ke hal yang gituan lho..).
Kami pun menjalankan rencana kami berdua. Karena Andi badannya lebih besar dari Johan dan aku, makanya aku suruh dia untuk memegangi Johan. Aku mengelitiki dia sampai kelelahan ketawa dan minta ampun ke kami berdua. Karena melihat sudah lemas karena kebanyakan ketawa, Andi pun menyuruhku menelanjanginya dan Johan hanya bisa berontak, tapi apa daya. Lalu dengan cepat aku menelanjangi Johan sampai tidak ada satu benang pun menempel di badannya. Maka dari itu terlihatlah badan Johan yang kecil, putih dan agak kurus itu, juga terlihat batang kemaluan yang kecil dan masih dalam kondisi tidur. Aku pun gantian memegangi Johan dengan Andi.
Yang kulihat justru Andi membuka semua bajunya sampai telanjang, aku sih hanya diam saja, karena aku tahu apa maksudnya dan juga aku melihat batang kemaluan Andi yang mulai tegang. Namun Johan tidak tahu bahwa Andi sudah telanjang, karena wajahnya kututupi dengan bantal. Andi pun mulai membelai-belai lembut batang kemaluan Johan, dan dengan seketika menjadi tegang rudal putihnya. Aku yang melihatnya menjadi sangat bernafsu, karena tidak ada satu bulu kemaluan pun terlihat (belum tumbuh) dan aku merasa bahwa senjata rahasiaku mulai bergerak semakin besar. Andi pun langsung menciumi Johan, mulai dari mulutnya dan terus ke seluruh badannya dan terlihat Johan sangat menikmatinya.
Setelah terlihat mulai tidak berontak, aku pun melepas peganganku. Aku duduk sejenak melihat aksi Andi. Ternyata aku tidak tahan lagi, dan aku buka semua pakaianku sampai aku telanjang bulat juga. Batang kemaluanku sudah tegang dari tadi dan sudah sangat keras. Saat itu aku mencukur seluruh bulu kemaluanku sehingga terlihat licin, sekilas terlihat sama dengan kepunyaan Johan.
Aku pun ikut dalam permainan tersebut. Johan pun kami berdirikan, Andi dan aku terus menciumi Johan dan merabanya sampai dia merasa nikmat. Andi mulai mengarahkan batang kejantanannya untuk dimasukkan ke dalam anus Johan, dan aku mulai mengulum rudal putihnya. Akhirnya Andi pun mencapai orgasmenya setelah terus mengocok batang kejantanannya di dalam anus Johan. Dan tumpahlah air mani Andi ke dalam anus Johan. Karena aku melihat bahwa Johan akan sampai pada orgasmenya, aku berhenti mengulum batang rudalnya. Andi pun mulai mengeluarkan batangnya yang mulai lemas dari anus Johan. Batang kemaluan Johan kutuntun untuk masuk ke dalam anusku. Dan Andi pun mengulum batang kemaluanku dengan nafsunya.
Coba bayangkan, batang kemaluanku dikulum dan Johan mnyodomiku, kenikmatannya sudah tidak terbayangkan lagi. Akhirnya semua badanku mengejang dan sepertinya sudah mau keluar. Bersamaan dengan itu, air mani Johan pun tumpah ke dalam anusku. Dan selang waktu yang tidak lama, maniku pun keluar membasahi wajah dan mulut Andi. Wow.. luar biasa deh enaknya. Sampai-sampai aku tidak kuat berdiri lagi.
Lalu pelan-pelan batang kejantanan Johan mulai dikeluarkan, dan Andi pun mulai membersihkan semua maniku yang tumpah ke wajahnya dan sedikit ke badanku. Aku pun hanya bisa tiduran di lantai karena merasa sudah sangat lelah. Karena Johan merasa tidak terima perbuatanku terhadapnya, maka dia langsung mencium aku dengan nafsu dan kubiarkan saja badanku diciumi Johan yang juga diikuti Andi. Aku hanya diam saja, hingga mereka berdua puas bermain dengan badan dan batang kemaluanku. Batang kejantananku yang tadinya mulai melemas, mereka paksa untuk berdiri tegak lagi. Dan yang kulihat, kemaluan mereka berdua mulai berdiri juga.
Aku pun mulai mengulum rudalnya Andi, dan akhirnya kami saling mengulum rudal teman. Entah setan apa yang ada, Andi langsung memasukkan kembali batang kejantanannya ke anusku, dan terpaksa batang kejantananku juga kumasukkan ke anus Johan, sehingga kami saling menyodomi. Tanganku mulai mengocok batang kejantanan Johan yang lebih kecil dari milik kami berdua. Merasakan bahwa batang kejantanan Andi dikeluarkan dari anusku, aku pun ikut mengeluarkan rudalku dari anus Johan. Kami bertiga saling berpelukan dan mengocok kemaluan yang lainnya. Akhirnya kami sampai pada klimaksnya, dan air mani kami bertiga membasahi seluruh tubuh kami. Dan saat itu kami saling berciuman.
Untung saja kamar mandinya ada di dalam kamar, sehingga kami tidak perlu keluar dengan keadaan badan penuh sperma dan sedikit lengket gitu. Soalnya kalau ketahuan bisa celaka.
Kami bertiga pun saling membersihkan badan kami dari air mani yang menempel di badan kami. Kami saling mengelap badan kami dari wajah sampai kaki dan tidak lupa kemaluan kami. Tapi apa daya, merasakan batang kemaluan kami masing-masing dielus-elus teman, maka berdiri lagi lah kemaluan kami. Dan kami saling tertawa melihat kemaluan masing-masing yang sedang berdiri tegang. Tapi kami tidak saling berhubungan badan lagi, karena sudah merasa sangat lelah setelah 2 kali klimaks.
Akhirnya kami pun pergi tidur dan istirahat. Dan kami bertiga putuskan untuk tidur tanpa busana. Kami bertiga tidur saling berpelukan dengan Johan berada di tengah-tengah dan saling memegang kemaluan yang lainnya.
toilet smaq
Umur saya 18 tahun, saya punya pengalaman yang terjadi sekitar setahun yang lalu. Saat itu saya masih kelas 2 SMA di kawasan Setiabudi, Jakarta Selatan. Memang saya akui saya punya kebiasaan yang agak aneh dari kecil, yaitu suka sesama jenis. Ini mungkin dimulai sejak perceraian orangtua saya. Saat saya sedang membutuhkan figur seorang Bapak, hal itu tidak dapat memenuhi keinginan saya. Bapak saya terlalu sibuk dengan segala aktivitasnya, karena dia adalah seorang wiraswasta yang bergerak di bidang akademi dan sekolah tinggi.
Sejak kecil kami pun tidak pernah tinggal serumah baik dengan Bapak maupun Ibu saya, karena setelah perceraian kedua orangtua saya, Ibu saya memutuskan untuk melanjutkan studi ke Swiss, sedangkan Bapak saya berada di Makasar. Terpaksalah saya harus tinggal bersama Oma saya di Jakarta, dimana disinilah dimulai kejadian-kejadian yang sebelumnya belum pernah terpikir oleh saya.
Di sekitar bulan Juni tahun 2000, saya masih tercatat sebagai pelajar kelas 2 SMUN X Jakarta. Kebetulan di sekolah saya cukup terkenal dengan anak-anak basket yang cukup lumayanlah! Saya akui selain gemar nonton basket, saya pun suka dengan anak-anak basket yang bertubuh atletis. Dan karena itu, setiap pulang sekolah saya tidak pernah melewatkan kesempatan untuk menonton kakak-kakas kelas saya yang sedang bermain basket. Setelah saya puas menyaksikan mereka, saya barulah tenang pulang ke rumah. Setibanya di rumah, saya pun jerk-off di kamar saya. Tidak pernah terpikir oleh saya kejadian yang sebelumnya hanya ada di benak saya dapat terwujudkan.
Saat itu sekolah sudah agak sepi, karena hari Senin dimana hari ini biasanya banyak anak yang membolos. Ketika saya baru keluar kelas, saya lihat ada anak-anak basket sedang bermain basket di lapangan yang tidak jauh dari kelas saya. Saya pun segera duduk manis di sekitar lapangan. Dan hanya beberapa orang yang menyaksikannya, mungkin dapat dihitung dengan jari. Akhirnya ternyata mata saya tidak dapat membohongi salah seorang kakak kelas saya, mungkin dia mulai curiga, karena setiap mengganti pakaiannya selalu ada saya di toilet. Permainan akhirnya usai setelah kurang lebih satu jam setengah saya duduk di samping lapangan.
Saya pun tidak merasa bosan menunggu selama itu, walaupun setiap habis menyaksikan itu, saya harus mengisi ulang pulsa handphone saya karena habis untuk menelpon semua teman saya atas apa yang sedang saya lihat.
Seperti biasa, saya menikuti si A, pemain favorite saya dan orang yang sudah mulai mencurigai saya. Saya lihat dia mulai membuka baju, saya sulit sekali menjaga perasaan saya yang memang sudah horny sejak dia bermain basket. Mata saya pun mulai membelalak lagi setelah dia hanya memakai celana dalam. Saat itu ada sekitar 3 orang lagi teman-temannya di toilet yang juga sedang ganti baju. Saya hanya berpura-pura mencuci wajah dengan facial wash yang selalu saya bawa.
Tidak lama 2 orang pun keluar, sedangkan saya masih berusaha berpura-pura sibuk dengan wajah saya dan berpura-pura mau ganti baju. Rupanya dia tambah yakin kalau saya sedang memperhatikannya. Tidak lama kemudian si A dan temannya keluar, saya pun agak kecewa. Tetapi kekecewaan itu hilang setelah si A kembali lagi ke toilet. Kagetnya bukan main saat melihat dia datang dan menatap mata saya. Saya hanya berdoa semoga dia tidak marah kepada saya karena sudah mengintip dalamannya.
Dia datang tepat di depan wajah saya dan berkata, "Ech, eloe anak kelas berapa sich..? Eloe anak baru yach..?"
Jantung saya berdetak tidak karuan mendengar suaranya.
Dengan suara yang agak gugup saya berkata, "Ngga, gue anak kelas 2, kebetulan gue baru masuk lagi sehabis operasi sinus di S'pore. Ngga lagi, gue suka aja ama permainan basket Eloe.."
Jantung saya rasanya terhenti ketika dia bilang, "Kayaknya yang Eloe perhatiin bukan permainan gue dech..!"
Saya tambah gugup lagi dan langsung saya jawab, "Maksud loe..?"
"Udah dech eloe jangan bohongin gue..! Gue tau kok orang macam loe ini..! Tapi lain kali tolong yach eloe jangan terlalu vulgar kalo ngeliat gue..!" katanya.
"Yach, uda dech gue minta maaf..! Emang gue suka ama permainan loe.." belum selesai saya ngomong, dia langsung berkata, "Ngga usah boong lagi, kalo mau liat..! Liat aja, tapi jangan eloe telen yach..?" kata yang keluar dari mulutnya dengan senyuman kecil.
Saya pun hanya diam tidak berkata mendengar kata-kata yang baru saja saya dengar.
Akhirnya saya berkata, "Eloe serius..?"
Dengan wajah yang menunjukkan kelaki-lakiannya, dia menarik tangan saya sambil berkata, "Sini kalo mau liat itu gue, ke dalem WC..!"
Tentu saja saya tidak mau melewatkan kesempatan itu. Oh God.., akhirnya saya dapat melihat 'barang' si A secara Live, barangnya sangat besar, bukannya lumayan besar (mungkin sekitar 17-18 cm), warnanya merah kecoklatnya diselimuti oleh bulu berwarna hitam pekat dan sangat lebat, membuat saya merasa sedang melayang-layang.
Saya rasanya sudah tidak tahan ingin menyentuh alat kelamin si A. Dengan kata terbata-bata, akhirnya keluar dari mulut saya, "Emang eloe ngga malu nunjukin itu ke gue..?"
Dengan ringan dia menjawab, "Ama loe aja kenapa harus malu..? Gue tau eloe doyan ini khan..?" katanya sambil mengarahkan tangan saya ke alat vitalnya.
Saya kaget bukan main saat itu.
"Kalo mau pegang, pegang aja lagi, ngga usah malu-malu.." katanya.
Akhirnya saya memberanikan diri untuk memegang batang kejantanannya. Saya memegang sambil memijat kecil-kecil.
Dia memegang kedua tangan saya dan berkata, "Ternyata muka loe cute juga yach..! Gue baru nyadar kalo cowo bisa bikin horny juga..! Boleh gue cium bibir loe..?"
Rasanya seperti mimpi saat itu, dan saya segera mengarahkan bibir saya ke arahnya. Kami pun berciuman bibir. Saya keluarkan semua jurus ciuman saya mulai dari French kiss, British kiss dan kissing ala saya sendiri. Saya lihat matanya mulai meram-melek.
Tidak lama dia pun berkata, "Eloe mau isep ngga..? Gue belom pernah diisep ama cewe gue, well eloe mau ngga..?"
Rasa kaget dan senang bercampur aduk saat itu. Saya hanya menganggukkan kepala saya dan segera jongkok di bawah kakinya yang jenjang itu (tinggi badannya sekitar 180-an).
Saya mulai menghisap batang kelaminnya dengan lembut, saya sapu kedua kedua buah kemaluannya sambil saya kulum-kulum. Naik turun batang si A melaju di dalam mulut saya, saya keluarkan semua jurus maut saya yang diajarkan oleh Paman saya sewaktu saya duduk di bangku Elementary. Bau khas alat kelaminnya membuat imajinasi dan birahi saya memuncak. Saya lihat dia menikmati permainan yang saya suguhkan. Saya tidak tahan karena rasanya lubang belakang saya gatal, karena saya sudah lama tidak pernah anal sex semenjak partner sex saya (cowo juga) pindah ke negeri Ibunya di Holland beberapa bulan sebelum kejadian ini.
Saya buka celena abu-abu (saya masih memakai seragam), saya arahkan alat kelaminnya ke lubang saya. Saat itu dia sepertinya agak khawatir, mungkin karena dia berpikir mustahil batangnya dapat masuk ke lubang saya. Saya hisap kedua putingnya sambil saya jilat semua tubuhnya. Saya mengambil posisi, saya berdiri ke arah tembok, dan dia mulai memasukkan batangnya ke dalam lubang saya.
"Oouuhh.. sakiitt..!" walau sudah saya lumuri batangnya dengan air liur saya.
Serangan pertama akhirnya gagal, saya coba mengatur pernafasan saya, saya kembali arahkan batangnya ke lubang saya. Keringat mulai mengguyur kami berdua.
"Oouu.." teriak saya.
Akhirnya masuk juga sebuah batang besar yang berdenyut-denyut di dalam lubang saya. Agak sakit, tetapi sakitnya hilang setelah melihat wajah si A yang sangat tampan. Mulai digerakkan alat kejantannya di dalam lubang saya, sangat lembut dan bobotnya memenuhi diameter maksimal lubang saya. Gerakan makin dipercepat. Denyutan di lubang saya semakin terasa.
"Ouuhh.., gerakin terus, ayo lebih cepet donk..!" ujar saya.
Gerakannya dipercepat, batangnya dengan mudah keluar masuk ke dalam lubang saya. Keringatnya jatuh menetes di tubuh saya, dan saya hisap keringatnya yang keluar dari tubuhnya.
Tidak lama dia berteriak, "An.., Gue mau come nich..? Gue uda ngga tahan..!"
Saya hanya senyum melihat wajahnya, dan tidak lama, "Aachh.. Niccee..!" desahnya di telingaku. Dia mencium pipi kanan dan kiriku.
Dan berkata, "Thanks yach.., enak banget and sorry kalo gue horny abis..! Gue ngga nyangka gue bisa juga come ama cowo juga..! Tapi jujur enak banget..! Eloe ngga marah khan ama gue..? Kapan-kapan kalo gue mau gimana donk..?" katanya sambil tertawa cengengesan.
Segera kuberikan nomor handphone dan nomor telepon kamarku. Kami akhirnya sama-sama membersihkan tubuh.
Dan sebelum kami berpisah, dia mencium keningku sambil berkata, "I'll calling u tonite and see you tomorrow yach..!"
Saya hanya tersenyum karena rasanya saya sudah cukup lelah, terlebih harus menghadapi macet di sekitar Grogol, karena rumah saya di sekitar Daan Mogot.
Sampai di rumah, saya hanya termenung memikirkan apa yang telah terjadi baru-baru ini. Malamnya dia telpon saya, dan kami 'nge-date' bareng ke plaza Senayan. Akhirnya si A, si cowok normal itu menjadi 'sephia'-ku. Kami pun sama-sama merasa saling memiliki saat di sekolah, dan tidak ada yang tahu tentang apa yang sudah kami lakukan. Sayangnya hubungan kami harus putus karena dia harus melanjutkan sekolahnya ke Sydney, dan sekarang ini saya sedang berada di Sydney berliburan lulus-lulusan dengan si A. Tetapi sayangnya kami sekarang sudah seperti kakak beradik, jadi kami tidak melakukan apa-apa di sini. Hehehe.. hanya sekali saja, karena malam itu kami sama-sama sedang mabuk.
Sejak kecil kami pun tidak pernah tinggal serumah baik dengan Bapak maupun Ibu saya, karena setelah perceraian kedua orangtua saya, Ibu saya memutuskan untuk melanjutkan studi ke Swiss, sedangkan Bapak saya berada di Makasar. Terpaksalah saya harus tinggal bersama Oma saya di Jakarta, dimana disinilah dimulai kejadian-kejadian yang sebelumnya belum pernah terpikir oleh saya.
Di sekitar bulan Juni tahun 2000, saya masih tercatat sebagai pelajar kelas 2 SMUN X Jakarta. Kebetulan di sekolah saya cukup terkenal dengan anak-anak basket yang cukup lumayanlah! Saya akui selain gemar nonton basket, saya pun suka dengan anak-anak basket yang bertubuh atletis. Dan karena itu, setiap pulang sekolah saya tidak pernah melewatkan kesempatan untuk menonton kakak-kakas kelas saya yang sedang bermain basket. Setelah saya puas menyaksikan mereka, saya barulah tenang pulang ke rumah. Setibanya di rumah, saya pun jerk-off di kamar saya. Tidak pernah terpikir oleh saya kejadian yang sebelumnya hanya ada di benak saya dapat terwujudkan.
Saat itu sekolah sudah agak sepi, karena hari Senin dimana hari ini biasanya banyak anak yang membolos. Ketika saya baru keluar kelas, saya lihat ada anak-anak basket sedang bermain basket di lapangan yang tidak jauh dari kelas saya. Saya pun segera duduk manis di sekitar lapangan. Dan hanya beberapa orang yang menyaksikannya, mungkin dapat dihitung dengan jari. Akhirnya ternyata mata saya tidak dapat membohongi salah seorang kakak kelas saya, mungkin dia mulai curiga, karena setiap mengganti pakaiannya selalu ada saya di toilet. Permainan akhirnya usai setelah kurang lebih satu jam setengah saya duduk di samping lapangan.
Saya pun tidak merasa bosan menunggu selama itu, walaupun setiap habis menyaksikan itu, saya harus mengisi ulang pulsa handphone saya karena habis untuk menelpon semua teman saya atas apa yang sedang saya lihat.
Seperti biasa, saya menikuti si A, pemain favorite saya dan orang yang sudah mulai mencurigai saya. Saya lihat dia mulai membuka baju, saya sulit sekali menjaga perasaan saya yang memang sudah horny sejak dia bermain basket. Mata saya pun mulai membelalak lagi setelah dia hanya memakai celana dalam. Saat itu ada sekitar 3 orang lagi teman-temannya di toilet yang juga sedang ganti baju. Saya hanya berpura-pura mencuci wajah dengan facial wash yang selalu saya bawa.
Tidak lama 2 orang pun keluar, sedangkan saya masih berusaha berpura-pura sibuk dengan wajah saya dan berpura-pura mau ganti baju. Rupanya dia tambah yakin kalau saya sedang memperhatikannya. Tidak lama kemudian si A dan temannya keluar, saya pun agak kecewa. Tetapi kekecewaan itu hilang setelah si A kembali lagi ke toilet. Kagetnya bukan main saat melihat dia datang dan menatap mata saya. Saya hanya berdoa semoga dia tidak marah kepada saya karena sudah mengintip dalamannya.
Dia datang tepat di depan wajah saya dan berkata, "Ech, eloe anak kelas berapa sich..? Eloe anak baru yach..?"
Jantung saya berdetak tidak karuan mendengar suaranya.
Dengan suara yang agak gugup saya berkata, "Ngga, gue anak kelas 2, kebetulan gue baru masuk lagi sehabis operasi sinus di S'pore. Ngga lagi, gue suka aja ama permainan basket Eloe.."
Jantung saya rasanya terhenti ketika dia bilang, "Kayaknya yang Eloe perhatiin bukan permainan gue dech..!"
Saya tambah gugup lagi dan langsung saya jawab, "Maksud loe..?"
"Udah dech eloe jangan bohongin gue..! Gue tau kok orang macam loe ini..! Tapi lain kali tolong yach eloe jangan terlalu vulgar kalo ngeliat gue..!" katanya.
"Yach, uda dech gue minta maaf..! Emang gue suka ama permainan loe.." belum selesai saya ngomong, dia langsung berkata, "Ngga usah boong lagi, kalo mau liat..! Liat aja, tapi jangan eloe telen yach..?" kata yang keluar dari mulutnya dengan senyuman kecil.
Saya pun hanya diam tidak berkata mendengar kata-kata yang baru saja saya dengar.
Akhirnya saya berkata, "Eloe serius..?"
Dengan wajah yang menunjukkan kelaki-lakiannya, dia menarik tangan saya sambil berkata, "Sini kalo mau liat itu gue, ke dalem WC..!"
Tentu saja saya tidak mau melewatkan kesempatan itu. Oh God.., akhirnya saya dapat melihat 'barang' si A secara Live, barangnya sangat besar, bukannya lumayan besar (mungkin sekitar 17-18 cm), warnanya merah kecoklatnya diselimuti oleh bulu berwarna hitam pekat dan sangat lebat, membuat saya merasa sedang melayang-layang.
Saya rasanya sudah tidak tahan ingin menyentuh alat kelamin si A. Dengan kata terbata-bata, akhirnya keluar dari mulut saya, "Emang eloe ngga malu nunjukin itu ke gue..?"
Dengan ringan dia menjawab, "Ama loe aja kenapa harus malu..? Gue tau eloe doyan ini khan..?" katanya sambil mengarahkan tangan saya ke alat vitalnya.
Saya kaget bukan main saat itu.
"Kalo mau pegang, pegang aja lagi, ngga usah malu-malu.." katanya.
Akhirnya saya memberanikan diri untuk memegang batang kejantanannya. Saya memegang sambil memijat kecil-kecil.
Dia memegang kedua tangan saya dan berkata, "Ternyata muka loe cute juga yach..! Gue baru nyadar kalo cowo bisa bikin horny juga..! Boleh gue cium bibir loe..?"
Rasanya seperti mimpi saat itu, dan saya segera mengarahkan bibir saya ke arahnya. Kami pun berciuman bibir. Saya keluarkan semua jurus ciuman saya mulai dari French kiss, British kiss dan kissing ala saya sendiri. Saya lihat matanya mulai meram-melek.
Tidak lama dia pun berkata, "Eloe mau isep ngga..? Gue belom pernah diisep ama cewe gue, well eloe mau ngga..?"
Rasa kaget dan senang bercampur aduk saat itu. Saya hanya menganggukkan kepala saya dan segera jongkok di bawah kakinya yang jenjang itu (tinggi badannya sekitar 180-an).
Saya mulai menghisap batang kelaminnya dengan lembut, saya sapu kedua kedua buah kemaluannya sambil saya kulum-kulum. Naik turun batang si A melaju di dalam mulut saya, saya keluarkan semua jurus maut saya yang diajarkan oleh Paman saya sewaktu saya duduk di bangku Elementary. Bau khas alat kelaminnya membuat imajinasi dan birahi saya memuncak. Saya lihat dia menikmati permainan yang saya suguhkan. Saya tidak tahan karena rasanya lubang belakang saya gatal, karena saya sudah lama tidak pernah anal sex semenjak partner sex saya (cowo juga) pindah ke negeri Ibunya di Holland beberapa bulan sebelum kejadian ini.
Saya buka celena abu-abu (saya masih memakai seragam), saya arahkan alat kelaminnya ke lubang saya. Saat itu dia sepertinya agak khawatir, mungkin karena dia berpikir mustahil batangnya dapat masuk ke lubang saya. Saya hisap kedua putingnya sambil saya jilat semua tubuhnya. Saya mengambil posisi, saya berdiri ke arah tembok, dan dia mulai memasukkan batangnya ke dalam lubang saya.
"Oouuhh.. sakiitt..!" walau sudah saya lumuri batangnya dengan air liur saya.
Serangan pertama akhirnya gagal, saya coba mengatur pernafasan saya, saya kembali arahkan batangnya ke lubang saya. Keringat mulai mengguyur kami berdua.
"Oouu.." teriak saya.
Akhirnya masuk juga sebuah batang besar yang berdenyut-denyut di dalam lubang saya. Agak sakit, tetapi sakitnya hilang setelah melihat wajah si A yang sangat tampan. Mulai digerakkan alat kejantannya di dalam lubang saya, sangat lembut dan bobotnya memenuhi diameter maksimal lubang saya. Gerakan makin dipercepat. Denyutan di lubang saya semakin terasa.
"Ouuhh.., gerakin terus, ayo lebih cepet donk..!" ujar saya.
Gerakannya dipercepat, batangnya dengan mudah keluar masuk ke dalam lubang saya. Keringatnya jatuh menetes di tubuh saya, dan saya hisap keringatnya yang keluar dari tubuhnya.
Tidak lama dia berteriak, "An.., Gue mau come nich..? Gue uda ngga tahan..!"
Saya hanya senyum melihat wajahnya, dan tidak lama, "Aachh.. Niccee..!" desahnya di telingaku. Dia mencium pipi kanan dan kiriku.
Dan berkata, "Thanks yach.., enak banget and sorry kalo gue horny abis..! Gue ngga nyangka gue bisa juga come ama cowo juga..! Tapi jujur enak banget..! Eloe ngga marah khan ama gue..? Kapan-kapan kalo gue mau gimana donk..?" katanya sambil tertawa cengengesan.
Segera kuberikan nomor handphone dan nomor telepon kamarku. Kami akhirnya sama-sama membersihkan tubuh.
Dan sebelum kami berpisah, dia mencium keningku sambil berkata, "I'll calling u tonite and see you tomorrow yach..!"
Saya hanya tersenyum karena rasanya saya sudah cukup lelah, terlebih harus menghadapi macet di sekitar Grogol, karena rumah saya di sekitar Daan Mogot.
Sampai di rumah, saya hanya termenung memikirkan apa yang telah terjadi baru-baru ini. Malamnya dia telpon saya, dan kami 'nge-date' bareng ke plaza Senayan. Akhirnya si A, si cowok normal itu menjadi 'sephia'-ku. Kami pun sama-sama merasa saling memiliki saat di sekolah, dan tidak ada yang tahu tentang apa yang sudah kami lakukan. Sayangnya hubungan kami harus putus karena dia harus melanjutkan sekolahnya ke Sydney, dan sekarang ini saya sedang berada di Sydney berliburan lulus-lulusan dengan si A. Tetapi sayangnya kami sekarang sudah seperti kakak beradik, jadi kami tidak melakukan apa-apa di sini. Hehehe.. hanya sekali saja, karena malam itu kami sama-sama sedang mabuk.
sahabatku indra
Namaku Danny, belakangan ini aku baru menyadari bahwa sebahagian dari diriku ternyata menyukai pria, sebelumnya aku mengira diriku benar-benar straight. Sebagai salah seorang bintang team basket, aku cukup populer di kalangan siswa-siswi SMU tempatku bersekolah, perawakanku yang tinggi dan kekar, kulit putih bersih dengan bulu-bulu halus di tempat-tempat tertentu dan rambut ikal yang selalu dipangkas pendek serta tentu saja wajahku yang ganteng dan macho membuatku menjadi salah satu pria idola di sekolahku. Aku tidak alim juga tidak munafik, beberapa wanita penggemarku sudah berkali-kali kurayu dan kunikmati tubuhnya, aku tidak pernah menyia-nyiakan kepopuleranku.
Aku kenal Indra sudah sejak semester tiga, tetapi baru akrab dengannya ketika kami berdua terpilih dari enam orang anggota junior untuk memperkuat team inti guna menghadapi turnamen basket antar SMU di kota kami. Indra agak pendiam dan kurang aktif berurusan dengan wanita, tetapi dia juga tidak pernah menunjukkan gejala-gejala bahwa dirinya menyukai pria secara khusus. Padahal tampang dan body Indonya keren, membuat wajah para wanita menjadi merah padam bila diajak bicara.
Saat-saat menjelang turnamen selalu membuat semua anggota team bersemangat, meskipun frekuensi latihan yang ditambah tak urung membuat tubuh kami pegal-pegal dan susah bangun pagi. Karena rumahku letaknya jauh dari sekolah maka aku jadi sering menginap di rumah Indra yang tidak jauh dari sekolah apabila team kami harus pulang malam setelah habis-habisan latihan untuk menghadapi turnamen.
Suatu malam seusai latihan, seperti biasanya begitu pintu depan rumah sewaan Indra dikunci kembali dari dalam, kami langsung menanggalkan sepatu dan pakaian latihan yang lengket di tubuh kami oleh keringat. Indra tinggal sendirian, orang tuanya yang tinggal di kota lain hampir tak pernah mengunjunginya, memang ada seorang pembantu yang mengurus rumah itu namun selalu pulang menjelang maghrib. Dengan hanya mengenakan celana dalam kami melangkah gontai ke kamar mandi lalu membersihkan tubuh kami di bawah guyuran shower. Celana dalam baru kami tanggalkan di kamar mandi, biasanya kami tak pernah saling mengomentari ketelanjangan masing-masing karena tubuh kami yang penat hanya dipenuhi niat untuk cepat-cepat mengisi perut lalu beristirahat. Namun malam itu di bawah shower, Indra menatapku dengan pandangan aneh sampai-sampai aku menjadi salah tingkah.
"Ngapain lihat-lihat?" tanyaku.
"Gede banget, Man!" selorohnya mengabaikan pertanyaanku, matanya menatap aneh ke arah kemaluanku yang entah mengapa tiba-tiba menegang hebat. Aku melongok tanpa suara ketika tiba-tiba Indra memelukku dari belakang, tubuhnya yang basah melekat pada punggungku dan sesuatu yang kenyal dan menegang menyenggol-nyenggol bokongku. Tiba-tiba saja bangkit gairah aneh dalam diriku yang tak pernah kurasakan sebelumnya. Entah rasa malu atau penasaran yang membuatku diam saja ketika jemari Indra mengelus-elus batang kemaluanku, dadaku, wajahku dan bokongku. Aku malah terangsang hebat namun tak tahu apa yang harus kulakukan untuk memuaskan gairah aneh yang meletup-letup itu.
Indra menutup kran lalu meraih handuk dan mengeringkan tubuhku, aku masih diam saja ketika sesudahnya ia terus mengeringkan tubuhnya sendiri. Tiba-tiba saja Indra tampak begitu tampan dalam keadaan bugil, otot-otot remajanya tampak begitu sempurna. Dada dan perutnya yang kekar berotot dan rambut coklatnya yang panjang sebahu tergerai basah membuatku terangsang. Ternyata aku menyukai pria, itu baru kusadari sekarang.
"Napain lihat-lihat?" Indra mengulangi pertanyaanku sambil tersenyum lucu melihat wajahku yang merah padam dan batang kemaluan tujuh setengah inchi milikku yang menegang dan bergerak-gerak tanpa penutup.
"Gue.. Gue napsu lihat bodi elo, Ndra!" jawabku malu-malu.
Indra segera memahami kebingunganku, ia menarik tanganku mengajakku ke kamar dan aku sama sekali tak dapat sedikitpun membayangkan apa yang akan terjadi selanjutnya di sana.
"Santai aja, Dan!"
"Gue.. Gue.." Aku tak dapat menyelesaikan kata-kataku karena Indra segera membungkam mulutku dengan ciuman ganas.
Mula-mula rasanya aneh berciuman dengan cowok tapi gairah yang ditimbulkannya membuatku keasyikan dan penasaran untuk tahu lebih banyak lagi. Ciumannya kubalas tak kalah ganas sambil memeluk lehernya. Indra juga tidak mau kalah, jemarinya mendekap erat tubuhku, kami berdua terhempas ke ranjang tanpa melepas pelukan dan ciuman masing-masing.
Di atas ranjang, kami berdua bergulat seru, masing-masing ingin menjelajahi tubuh yang lain tanpa mau saling mengalah. Lidah Indra menjalari leherku sementara kakiku mengunci pinggulnya dan jemariku menggapai-gapai batang kemaluannya. Kucengkeram rambutnya yang panjang dan kuciumi dadanya, kuhisap putingnya, perutnya, pusarnya lalu kuhisap bibirnya, lidahnya, kupingnya. Jemari Indra menyusup ke sela-sela pantatku dan.. Gila! Jemarinya dimainkannya di depan liang anusku.
"Oh Shit!" Aku hampir mati karena kenikmatan yang kurasakan saat itu, dengan cepat Indra meraih batang kemaluanku dan mengulumnya, dihisap-hisapnya kepala kemaluanku dan aku langsung membungkam mulutku dengan telapak tanganku menahan erangan dahsyat yang ingin segera meledak dari mulutku. "Aaargh..!" Kepalanya digerakkan naik-turun di atas kejantananku sambil sesekali berhenti untuk menyedotnya dengan keras. Sambil menyedot-nyedot kemaluanku, Indra memainkan kemaluannya sendiri dengan asyiknya. Gila! Ini lebih nikmat dari apapun yang pernah kurasakan. "Aaargh..!" Rasanya begitu dahsyat, seluruh otot tubuhku mengejang menahan nikmat.
Indra terus menerus menghisap dan menggerak-gerakkan kepalanya, sampai akhirnya rasa nikmat yang hebat menjalari pinggang dan dadaku, aku akan segera ejakulasi.
"Indra.. Gue hampir ke.. lu.. ar.. Nih!" Seruku tertahan.
Indra seolah-olah tidak mendengar peringatanku, ia malah menghisap lebih hebat lagi dan tanpa dapat kutahan lagi spermaku akan segera meledak dengan dahsyat. Kucengkeram rambutnya dan kutekan kuat-kuat ke pinggangku yang kuangkat tinggi-tinggi.
"Indraa.. Aaargh..!" Semuanya meledak di dalam mulutnya.
Indra tidak tampak kebingungan, ia menelannya sampai habis bahkan kini menjilat-jilat sisa-sisa cairan kental yang masih keluar dan melekat pada kepala dan batang kemaluanku sambil terus mengguncang-guncang kemaluannya yang kini kelihatan begitu merah dan tegang, aku mengerang-erang lirih sambil memejamkan mataku berusaha mempercayai kenikmatan dahsyat yang baru saja kurasakan ini. Indra melepaskan kemaluanku lalu ditindihnya tubuhku dan diciuminya bibirku dengan ganas, aku membalas dengan liar, Indra mengerang-erang sesekali, rupanya ia juga akan segera ejakulasi.
Aku kembali terangsang dan penasaran, ingin tahu rasanya menelan sperma.
"Indra.. Gue pengen ngerasain sperma elo!" Bisikku di telinganya.
Indra menatapku tak percaya, tapi sebentar kemudian ia tersenyum manis sambil mengangkat tubuhnya dari atas tubuhku. Ia meraih dua buah bantal dan menyisipkannya di bawah pundakku, ia sendiri berlutut dengan batang kemaluan tujuh inchi miliknya menegang tepat mengarah ke mulutku. Walaupun ragu-ragu namun rasa penasaranku membuatku segera meraih benda itu dan mengulumnya, rasanya sedikit asin dan precum yang keluar dari kepala penis Indra rasanya enak.
Indra memejamkan matanya menahan nikmat sambil mendekap kepalaku dan menggerak-gerakkan pinggulnya maju-mundur di depan mulutku, aku menghisap kemaluannya dengan keras dan "Aaa..!" Indra mengeluarkan erangan tertahan beberapa kali nafasnya memburu dengan cepat sekali, deru nafasnya terdengar begitu keras dan akhirnya "Aaa.. rrggh..!" Sperma Indra menyembur ke dalam kerongkonganku, rasanya aneh namun nikmat karena rasa penasaranku akhirnya terpuaskan.
Indra masih mengerakkan pinggulnya beberapa kali sebelum mengeluarkan batang kemaluannya dari mulutku.
"Enak banget, Ndra!" Bisikku ketika Indra berguling ke sisiku dan mendekapku dengan lengan dan pahanya.
"Gue baru pernah ngerasain yang kayak begini, gila! Nikmatnya luar biasa, Dan!" Ujar Indra di dekat telingaku yang kemudian dikulumnya.
"Jadi elo nggak pernah sama cowok lain sebelumnya?" tanyaku heran, Indra begitu ahli memuaskan diriku, tak mungkin ia belum pernah mengalaminya sebelumnya.
"Nggak, Gue sadar kalo gue gay sejak ketemu elo. Setiap kali berangkulan atau mandi bareng, gue selalu terangsang", jawab Indra.
"Gue lalu nyari segala macam info tentang seks gay di internet, gue lega akhirnya bisa juga bikin elo puas."
Tubuh kami basah kuyup oleh keringat, rambut dan ranjang Indra ikut basah dan berantakan, karena itu kami putuskan untuk mengganti sprei lalu mandi sekali lagi sebelum mengisi perut lalu tidur.
Sejak malam itu aku baru tahu bahwa aku juga menyukai pria di samping wanita, dan sejak saat itu pula hubunganku dengan Indra semakin dekat karena dari pria keren itu aku mendapatkan kepuasan seksual yang tak pernah kuperoleh dari seorang wanita.
Aku kenal Indra sudah sejak semester tiga, tetapi baru akrab dengannya ketika kami berdua terpilih dari enam orang anggota junior untuk memperkuat team inti guna menghadapi turnamen basket antar SMU di kota kami. Indra agak pendiam dan kurang aktif berurusan dengan wanita, tetapi dia juga tidak pernah menunjukkan gejala-gejala bahwa dirinya menyukai pria secara khusus. Padahal tampang dan body Indonya keren, membuat wajah para wanita menjadi merah padam bila diajak bicara.
Saat-saat menjelang turnamen selalu membuat semua anggota team bersemangat, meskipun frekuensi latihan yang ditambah tak urung membuat tubuh kami pegal-pegal dan susah bangun pagi. Karena rumahku letaknya jauh dari sekolah maka aku jadi sering menginap di rumah Indra yang tidak jauh dari sekolah apabila team kami harus pulang malam setelah habis-habisan latihan untuk menghadapi turnamen.
Suatu malam seusai latihan, seperti biasanya begitu pintu depan rumah sewaan Indra dikunci kembali dari dalam, kami langsung menanggalkan sepatu dan pakaian latihan yang lengket di tubuh kami oleh keringat. Indra tinggal sendirian, orang tuanya yang tinggal di kota lain hampir tak pernah mengunjunginya, memang ada seorang pembantu yang mengurus rumah itu namun selalu pulang menjelang maghrib. Dengan hanya mengenakan celana dalam kami melangkah gontai ke kamar mandi lalu membersihkan tubuh kami di bawah guyuran shower. Celana dalam baru kami tanggalkan di kamar mandi, biasanya kami tak pernah saling mengomentari ketelanjangan masing-masing karena tubuh kami yang penat hanya dipenuhi niat untuk cepat-cepat mengisi perut lalu beristirahat. Namun malam itu di bawah shower, Indra menatapku dengan pandangan aneh sampai-sampai aku menjadi salah tingkah.
"Ngapain lihat-lihat?" tanyaku.
"Gede banget, Man!" selorohnya mengabaikan pertanyaanku, matanya menatap aneh ke arah kemaluanku yang entah mengapa tiba-tiba menegang hebat. Aku melongok tanpa suara ketika tiba-tiba Indra memelukku dari belakang, tubuhnya yang basah melekat pada punggungku dan sesuatu yang kenyal dan menegang menyenggol-nyenggol bokongku. Tiba-tiba saja bangkit gairah aneh dalam diriku yang tak pernah kurasakan sebelumnya. Entah rasa malu atau penasaran yang membuatku diam saja ketika jemari Indra mengelus-elus batang kemaluanku, dadaku, wajahku dan bokongku. Aku malah terangsang hebat namun tak tahu apa yang harus kulakukan untuk memuaskan gairah aneh yang meletup-letup itu.
Indra menutup kran lalu meraih handuk dan mengeringkan tubuhku, aku masih diam saja ketika sesudahnya ia terus mengeringkan tubuhnya sendiri. Tiba-tiba saja Indra tampak begitu tampan dalam keadaan bugil, otot-otot remajanya tampak begitu sempurna. Dada dan perutnya yang kekar berotot dan rambut coklatnya yang panjang sebahu tergerai basah membuatku terangsang. Ternyata aku menyukai pria, itu baru kusadari sekarang.
"Napain lihat-lihat?" Indra mengulangi pertanyaanku sambil tersenyum lucu melihat wajahku yang merah padam dan batang kemaluan tujuh setengah inchi milikku yang menegang dan bergerak-gerak tanpa penutup.
"Gue.. Gue napsu lihat bodi elo, Ndra!" jawabku malu-malu.
Indra segera memahami kebingunganku, ia menarik tanganku mengajakku ke kamar dan aku sama sekali tak dapat sedikitpun membayangkan apa yang akan terjadi selanjutnya di sana.
"Santai aja, Dan!"
"Gue.. Gue.." Aku tak dapat menyelesaikan kata-kataku karena Indra segera membungkam mulutku dengan ciuman ganas.
Mula-mula rasanya aneh berciuman dengan cowok tapi gairah yang ditimbulkannya membuatku keasyikan dan penasaran untuk tahu lebih banyak lagi. Ciumannya kubalas tak kalah ganas sambil memeluk lehernya. Indra juga tidak mau kalah, jemarinya mendekap erat tubuhku, kami berdua terhempas ke ranjang tanpa melepas pelukan dan ciuman masing-masing.
Di atas ranjang, kami berdua bergulat seru, masing-masing ingin menjelajahi tubuh yang lain tanpa mau saling mengalah. Lidah Indra menjalari leherku sementara kakiku mengunci pinggulnya dan jemariku menggapai-gapai batang kemaluannya. Kucengkeram rambutnya yang panjang dan kuciumi dadanya, kuhisap putingnya, perutnya, pusarnya lalu kuhisap bibirnya, lidahnya, kupingnya. Jemari Indra menyusup ke sela-sela pantatku dan.. Gila! Jemarinya dimainkannya di depan liang anusku.
"Oh Shit!" Aku hampir mati karena kenikmatan yang kurasakan saat itu, dengan cepat Indra meraih batang kemaluanku dan mengulumnya, dihisap-hisapnya kepala kemaluanku dan aku langsung membungkam mulutku dengan telapak tanganku menahan erangan dahsyat yang ingin segera meledak dari mulutku. "Aaargh..!" Kepalanya digerakkan naik-turun di atas kejantananku sambil sesekali berhenti untuk menyedotnya dengan keras. Sambil menyedot-nyedot kemaluanku, Indra memainkan kemaluannya sendiri dengan asyiknya. Gila! Ini lebih nikmat dari apapun yang pernah kurasakan. "Aaargh..!" Rasanya begitu dahsyat, seluruh otot tubuhku mengejang menahan nikmat.
Indra terus menerus menghisap dan menggerak-gerakkan kepalanya, sampai akhirnya rasa nikmat yang hebat menjalari pinggang dan dadaku, aku akan segera ejakulasi.
"Indra.. Gue hampir ke.. lu.. ar.. Nih!" Seruku tertahan.
Indra seolah-olah tidak mendengar peringatanku, ia malah menghisap lebih hebat lagi dan tanpa dapat kutahan lagi spermaku akan segera meledak dengan dahsyat. Kucengkeram rambutnya dan kutekan kuat-kuat ke pinggangku yang kuangkat tinggi-tinggi.
"Indraa.. Aaargh..!" Semuanya meledak di dalam mulutnya.
Indra tidak tampak kebingungan, ia menelannya sampai habis bahkan kini menjilat-jilat sisa-sisa cairan kental yang masih keluar dan melekat pada kepala dan batang kemaluanku sambil terus mengguncang-guncang kemaluannya yang kini kelihatan begitu merah dan tegang, aku mengerang-erang lirih sambil memejamkan mataku berusaha mempercayai kenikmatan dahsyat yang baru saja kurasakan ini. Indra melepaskan kemaluanku lalu ditindihnya tubuhku dan diciuminya bibirku dengan ganas, aku membalas dengan liar, Indra mengerang-erang sesekali, rupanya ia juga akan segera ejakulasi.
Aku kembali terangsang dan penasaran, ingin tahu rasanya menelan sperma.
"Indra.. Gue pengen ngerasain sperma elo!" Bisikku di telinganya.
Indra menatapku tak percaya, tapi sebentar kemudian ia tersenyum manis sambil mengangkat tubuhnya dari atas tubuhku. Ia meraih dua buah bantal dan menyisipkannya di bawah pundakku, ia sendiri berlutut dengan batang kemaluan tujuh inchi miliknya menegang tepat mengarah ke mulutku. Walaupun ragu-ragu namun rasa penasaranku membuatku segera meraih benda itu dan mengulumnya, rasanya sedikit asin dan precum yang keluar dari kepala penis Indra rasanya enak.
Indra memejamkan matanya menahan nikmat sambil mendekap kepalaku dan menggerak-gerakkan pinggulnya maju-mundur di depan mulutku, aku menghisap kemaluannya dengan keras dan "Aaa..!" Indra mengeluarkan erangan tertahan beberapa kali nafasnya memburu dengan cepat sekali, deru nafasnya terdengar begitu keras dan akhirnya "Aaa.. rrggh..!" Sperma Indra menyembur ke dalam kerongkonganku, rasanya aneh namun nikmat karena rasa penasaranku akhirnya terpuaskan.
Indra masih mengerakkan pinggulnya beberapa kali sebelum mengeluarkan batang kemaluannya dari mulutku.
"Enak banget, Ndra!" Bisikku ketika Indra berguling ke sisiku dan mendekapku dengan lengan dan pahanya.
"Gue baru pernah ngerasain yang kayak begini, gila! Nikmatnya luar biasa, Dan!" Ujar Indra di dekat telingaku yang kemudian dikulumnya.
"Jadi elo nggak pernah sama cowok lain sebelumnya?" tanyaku heran, Indra begitu ahli memuaskan diriku, tak mungkin ia belum pernah mengalaminya sebelumnya.
"Nggak, Gue sadar kalo gue gay sejak ketemu elo. Setiap kali berangkulan atau mandi bareng, gue selalu terangsang", jawab Indra.
"Gue lalu nyari segala macam info tentang seks gay di internet, gue lega akhirnya bisa juga bikin elo puas."
Tubuh kami basah kuyup oleh keringat, rambut dan ranjang Indra ikut basah dan berantakan, karena itu kami putuskan untuk mengganti sprei lalu mandi sekali lagi sebelum mengisi perut lalu tidur.
Sejak malam itu aku baru tahu bahwa aku juga menyukai pria di samping wanita, dan sejak saat itu pula hubunganku dengan Indra semakin dekat karena dari pria keren itu aku mendapatkan kepuasan seksual yang tak pernah kuperoleh dari seorang wanita.
Teman baik
Saya dulu punya seorang teman baik, namanya Toni. Kami sudah berteman sejak SMP. Sepintas, hubungan kami terlihat seperti hubungan kakak-adik. Persahabatan indah di antara kami harus berakhir ketika Toni melakukan sebuah kesalahan yang tak terlupakan. Hal itu terjadi ketika kami baru saja tamat SMU. Kegembiraan kami diluapkan dengan acara kemping pribadi, hanya ada Toni dan saya. Semula, semua berjalan dengan baik dan menyenangkan; saya amat menikmati perjalanan kempingku bersamanya. Tapi tiba-tiba Toni berubah menjadi seseorang yang sama sekali tak kukenali.
Semua bermula pada malam kedua acara kemping kami. Api unggun yang kami pasang masih berkobar-kobar, mengusir hewan malam yang mungkin dapat mengancam keselamatan kami. Berhubung malam itu agak mendung dan dingin, kami memutuskan untuk berdiam diri di dalam kemah, sambil menunggu waktu untuk tidur.
Kami telah berada di dalam kantung tidur kami masing-masing. Dan untuk melewatkan malam, kami berbincang-bincang tentang banyak hal. Seharusnya saya sudah curiga sejak semula, namun tak pernah terbayang sebelumnya kalau sahabat baikku itu akan tega melakukan hal terkutuk itu..
"Kamu masih belum naksir cewek?" tanya Toni tiba-tiba.
"Belum, tuh. Gak ada yang gue suka, sih," jawabku sambil lalu.
"Jangan-jangan loe homo," katanya smabil tertawa lepas.
"Sialan loe," jawabku, tertawa juga.
"Bukan lagi. Saya 100% straight. Gua cuma belum siap aja. Miara pacar sama mahalnya seperti miara istri."
"Gue juga belum siap punya pacar cewek," jawabnya.
"Siapa yang nanya," tawaku.
Tiba-tiba, Toni bangun dan dudduk sambil memandangiku lekat-lekat. Padangannya terasa aneh dan sangat tajam, saya sampai merasa salah tingkah.
"Loe pernah liat film porno homo?" tanyanya tiba-tiba.
Pertanyaannya sangat aneh dan tak nyambung dengan topik pacaran yangs edang kami bahas. Tapi kujawab juga.
"Belum. Emang kenapa? Loe udah pernah liat?" tanyaku.
"Udah," jawabnya tanpa malu.
"Gile banget," sahutku, terduduk di kantung tidurku.
"Trus gimana? Maksud gue, loe bisa terangsang liat cowok homoan?" tanyaku terkejut.
"Bisa. Loe mesti liat filmnya," katanya bangga.
"Cowoknya ganteng sekali, badannya juga oke, Dan pas dingentotin, erangan cowok terdengar lebih merangsang. Gue sampe ngecret lima kali pas liat tuh film."
"Gawat loe, bisa jadi homo beneran loe," saya merespon.
"Dan gue jadi pengen nyobain. Keliatannya enak sekali," jawabnya tiba-tiba.
"Lobang pantat cowok lebih ketat dan lebih sip dibanding memek. Para cowok homo itu nampak amat menikmati hubungan homoseks mereka," lanjutnya.
"Ah, loe mulai ngaco. Udah, ah, Gue ngantuk. Pengen bobok nih," alasanku, membaringkan badanku.
Saya bingung sekali kenapa tiba-tiba Toni mengatakan hal-hal yang tak amsuk akal. Padahal sebelumnya dia tak pernah begitu. Kubaringkan badanku menghadap arah yang berlawanan; saya merasa malas memandang mukanya. Untuk beberapa saat, Toni terdiam. Kukira dia akhirnya memutuskan untuk tidur, tapi saya salah!
Saya tak tahu berapa lama waktu telah berlalu, tapi tiba-tiba saya merasa seseorang memelukku erat-erat dari belakang. Dengan panik, saya mencoba untuk melepaskan diri tapi tiba-tiba orang itu menempelkan sehelai saputangan basah di hidungku. Dia sedang mencoba untuk membiusku! Namun sulit sekali untuk tidak menghirupnya, apalagi dalam keadaan panik. Dan begitu saya menghirupnya, kontan tubuhku terasa sangat ringan dan tak berdaya. Setelah yakin bahwa saya lemas, orang itu pun membalikkan badanku agar saya menghadap wajahnya. Astaga, dia Toni! Mataku berkaca-kaca, saya ingin bertanya, 'Kenapa kau lakukan semua ini padaku, Toni?'. Namun otot mulutku tak dapat kugerakkan, kaku semua. Kudengar Toni berkata.
"Maafin gue. Gue terpaksa melakukannya. Selama ini, gue telah telanjur jatuh cinta ama loe. Gue pengen loe menjadi pacar gue. Gue pengen memiliki loe."
Dan dengan itu, Toni memaksakan sebuah ciuman padaku. Saya berusaha untuk melawannya, tapi apa dayaku. Perasaan mual menguasaiku, ingin rasanya saya muntah. Namun, Toni terus menciumku. Lidahnya memaksa masuk dan bermain-main di dalam mulutku. Kurasakan air liurnya menetes masuk dan berbaur denganku.
"Gue sayang ama loe, gue cinta loe," katanya di sela-sela ciumannya. Tangannya yang kuat meraba-raba wajahku dan turun ke pinggang.
Begitu sampai di sana, tangannya menyelip masuk dan berusaha untuk membuka resleting celana jeanku. Toni ingin menelanjangiku! Rasa panik melanda diriku, saya tahu apa yang dia inginkan. Dia ingin bersetubuh denganku seperti adegan film gay porno yang sering dia tonton. Apa yang dapat kulakukan? Dengan pasrah, saya hanya dapat membiarkan Toni melepas celana jeansku dengan leluasa. Hal yang sama dilakukannya pada celana dalam putihku.
Kontolku yang masih lemas menyembul keluar dan berbaring di sisi pahaku, seakan memohon untuk tidak diusik. Tapi Toni memang seorang binatang. Kontolku langsung digenggam dan dikocok-kocok. Saya harus mengakui bahwa kocokannya terasa nikmat, tapi saya kembali mengingatkan diriku bahwa saya sedang diperkosa. Namun kontol punya pikirannya sendiri. Tanpa bisa dikendalikan, kontolku mulai berdiri. Dan Toni langsung menyedotnya! Saya tak mengira dia akan senekad itu. Hisapannya sungguh enak dan bertenaga, saya sampai kelojotan dibuatnya. Berhubung mulutku kaku, saya hanya dapat mengeluarkan bunyi napas saja.
"Hhoohh.. Hhoosshh.. Hhoohh.. Hhoohh.." Tapi sebagian diriku masih berjuang untuk melawan kenikmatan terlarang itu.
Tiba-tiba Toni melepaskan sedotannya, dan berdiri. Tanpa malu sedikit pun, Toni menelanjangi tubuhnya tepat di hadapanku. Toni memang bertubuh tegap dan berdada bidang, berkat fitness. Dan wajahnya memang tampan. Kontolnya menjulang tinggi di hadapanku, berdenyut-denyut. Nampak kepala kontolnya berkilauan, basah dengan precum. Dia terangsang sekali melihatku terbaring tak berdaya, hampir telanjang. Menuntaskan pekerjaannya, kaosku pun dilepaskan secara paksa. Kini saya telah benar-benar telanjang. Toni berkata lagi.
"Loe bikin gue terangsang banget, liat nih palkon (kepala kontol) gue, basah ama precum. Gue pengen bercinta ama loe."
Kontolnya yang sudah basah dengan precum dipukul-pukulkan ke wajahku, seolah ingin memperkenalkanku dengan kontolnya terlebih dahulu sebelum dia memuali penetrasi. Seakan saya hanya seonggok daging, Toni siap menyodomiku. Berlutut di depan kakiku, diangkatnya kedua kakiku tinggi-tinggi. Anusku yang berkedut-kedut pun terekspos.
Toni memandangnya dengan mata penuh nafsu birahi, lidahnya menjilati bibir atasnya. Kemudian, kakiku diletakkan di atas kedua bahunya yang bidang. Astaga, dia bahkan tak mau repot-repot memakai kondom! Saya takut sekali, tapi tak ada yang dapat menolongku. Mulutku tak dapat kugerakkan, begitu pula dengan anggota tubuhku yang lain. Dan tak ada seorang pun yang berada di sekitar wilayah kemah kami. Sudah takdirku untuk diperkosa oleh sahabat baikku sendiri!
Tanpa ampun, Toni menghujamkan kontol bajanya tepat ke dalam lubang anusku yang masih perjaka.
AAARRGGHH..!!" teriakku dalam hati.
Hilang sudah keperjakaanku. Sungguh sakit sekali rasanya. Lubang anusku yang ketat seakan sobek diterjang kontol sebesar kontol Toni. Toni mengerang saat kontolnya sudah terbenam seluruhnya.
"AARRGGHH..!!" Ditatapnya mataku sambil berkata.
"Lobang loe enak sekali. Akhirnya, loe milik gue. Oohh.. Ngentot.. Aahh.. Gue lagi ngentotin loe.. Aarrghh.."
Hancur hatiku mendengarnya berkata seperti itu. Sungguh tak kusangka Toni bakal setega itu terhadapku. Saat dia menarik kontolnya mundur, saya kembali mengerang dalam hati dan hanya mampu mengeluarkan desahan napas kesakitan.
"Oohh.. Hhohh.." Tiba-tiba, Toni kembali mendorong kontolnya masuk.
"AAARGHH!!"
Tarik lagi, dorong lagi, tarik, dorong, tarik.. Toni mulai menyodomiku dengan ritme tetap. Semakin lama, gerakannya semakin cepat. Gerakan otot pinggulnya beserta kontolnya seperti mesin pemompa, yang terus memompa pantatku tanpa ampun dan tanpa rasa kasihan. Nafsu telah membutakan matanya. Air mataku mengalir dengan deras. Sebagian dikarenakan oleh rasa sakit yang amat teramat sangat, dan sisanya karena rasa sakit hati. Toni telah merenggut sebagian hidupku. Saya tak lagi utuh.
"ARGH! UGH! ARGH!" erang Toni terus menerus seirama dengan sodokan kontolnya.
Saya tak tahu sudah berapa lama dia memperkosaku, tapi dia memang tahan banting. Tiba-tiba kontolnya mendorong sesuatu di dalam tubuhku. Kontan, kontolku yang masih belepotan ludah Toni bangkit dari tidurnya dan berdiri ngaceng bak tiang bendera. Gelombang nikmat menyerang tubuhku seolah-olah saya sedang mengalami orgasme.
"Astaga, apa itu? Kenapa saya terangsang? Tidak mungkin!" pikirku. Namun kembali Toni mengenai bagian organ dalamku itu, dan gelombang kenikmatan kedua mendera diriku. Saya sedang dipaksa untuk menikmati perkosaan homo!
Wajah Toni berseri-seri melihat kontolku tegang. Langsung saja kontolku dipegang-pegang. Kembali dia mulai mencoli kontolku. Dengan tekad penuh, dia ingin membuatku ngecret sebagai tanda bahwa saya miliknya. Walaupun saya mencoba melawan, namun gelombang kenikmatannya semakin bertambah besar. Dan pelan-pelan sodokan kontol Toni memang terasa nikmat sekali. Begitu pula dengan kehangatan tangannya yang sedang membungkus kontolku.
"Astaga, saya tertular kehomoan-nya??" Namun saya tak kuasa menahannya. Benteng pertahananku runtuh. Saya membiarkan kenikmatan itu menjalari dan menguasai tubuhku.
Toni mempererat genggamannya pada kontolku, wajahnya menyeringai kesakitan. Napasnya memburu-buru, dan tiba-tiba..
"AARRGGHH..!!"
CRROTT!! CCROOTT!! CCROOTT!! Toni ngecret!! Pejuhnya ditembakkan sembarangan di dalam anusku, membanjiri bagian dalam perutku. Terasa sekali rasa panas yang membakar perutu. Andai pria bisa hamil, saya pasti sudah hamil sekarang! Namun mendadak saya pun merasa bahwa saya akan segera mencapai klimaks-ku. Pejuhku memaksa naik dan akhirnya tersembur keluar lewat lubang kontolku.
CCROOT!! CROOTT!! CCRROOTT!! Berhubung saya tak dapat bersuara, maka hanya desahan napasku yang terdengar.
"Hhohh!! Hhoohh!! Hhoohh!! Hhoohh!!" Tubuh kami terguncang-guncang, mengejang-ngejang seperti orang kesakitan. Kenikmatan orgasme menguasai kami berdua. Bahkan saya pun tunduk.
"AARRGGHH..!! AARRGGHH!! UUGGHH!!" erang Toni, terus menghentak-hentakkan pinggulnya. Dan akhirnya semuanya berakhir.
Toni mengeluarkan kontolnya dan terasa pejuhnya mengalir keluar dari lubang pantatku yang menganga lebar. Bercak darah dan kotoranku mengotori kontolnya yang mulai mengempis. Dengan sehelai tissue, Toni sibuk membersihkan kemaluannya, sementara saya hanya terbaring di situ, menatap langit-langit kemah kami dengan pandangan kosong. Dapat kurasakan pejuhnya menyebar ke dalam perutku. Tubuhku mulai menyerap benih-benihnya itu.
Keesokkan paginya, tubuhku mulai dapat kugerakkan, meskipun agak terasa sakit dan lemas. Toni masih berusaha untuk merayuku dan ingin kembali berhubungan homoseks denganku, namun kutolak dengan tegas. Entah kenapa, Toni tak lagi menggunakan obat bius yang dicurinya dari lemari obat ayahnya. Ayah Toni memang seorang dokter, jadi mudah bagi Toni untuk mencuri obat bius.
Kami bertengkar hebat. Saya memakinya karena telah tega memperkosaku sedangkan dia membela diri bahwa dia melakukannya atas dasar cinta. Hubungan kami berakhir sampai di situ. Belakangan kudengar bahwa dia pindah ke luar kota sendirian. Mungkin dia malu denganku dan merasa bersalah. Dalam hatiku, saya amat sedih kehilangannya. Saya mungkin telah memaafkannya, tapi kesalahnnya tak dapat kulupakan seumur hidupku.
Semua bermula pada malam kedua acara kemping kami. Api unggun yang kami pasang masih berkobar-kobar, mengusir hewan malam yang mungkin dapat mengancam keselamatan kami. Berhubung malam itu agak mendung dan dingin, kami memutuskan untuk berdiam diri di dalam kemah, sambil menunggu waktu untuk tidur.
Kami telah berada di dalam kantung tidur kami masing-masing. Dan untuk melewatkan malam, kami berbincang-bincang tentang banyak hal. Seharusnya saya sudah curiga sejak semula, namun tak pernah terbayang sebelumnya kalau sahabat baikku itu akan tega melakukan hal terkutuk itu..
"Kamu masih belum naksir cewek?" tanya Toni tiba-tiba.
"Belum, tuh. Gak ada yang gue suka, sih," jawabku sambil lalu.
"Jangan-jangan loe homo," katanya smabil tertawa lepas.
"Sialan loe," jawabku, tertawa juga.
"Bukan lagi. Saya 100% straight. Gua cuma belum siap aja. Miara pacar sama mahalnya seperti miara istri."
"Gue juga belum siap punya pacar cewek," jawabnya.
"Siapa yang nanya," tawaku.
Tiba-tiba, Toni bangun dan dudduk sambil memandangiku lekat-lekat. Padangannya terasa aneh dan sangat tajam, saya sampai merasa salah tingkah.
"Loe pernah liat film porno homo?" tanyanya tiba-tiba.
Pertanyaannya sangat aneh dan tak nyambung dengan topik pacaran yangs edang kami bahas. Tapi kujawab juga.
"Belum. Emang kenapa? Loe udah pernah liat?" tanyaku.
"Udah," jawabnya tanpa malu.
"Gile banget," sahutku, terduduk di kantung tidurku.
"Trus gimana? Maksud gue, loe bisa terangsang liat cowok homoan?" tanyaku terkejut.
"Bisa. Loe mesti liat filmnya," katanya bangga.
"Cowoknya ganteng sekali, badannya juga oke, Dan pas dingentotin, erangan cowok terdengar lebih merangsang. Gue sampe ngecret lima kali pas liat tuh film."
"Gawat loe, bisa jadi homo beneran loe," saya merespon.
"Dan gue jadi pengen nyobain. Keliatannya enak sekali," jawabnya tiba-tiba.
"Lobang pantat cowok lebih ketat dan lebih sip dibanding memek. Para cowok homo itu nampak amat menikmati hubungan homoseks mereka," lanjutnya.
"Ah, loe mulai ngaco. Udah, ah, Gue ngantuk. Pengen bobok nih," alasanku, membaringkan badanku.
Saya bingung sekali kenapa tiba-tiba Toni mengatakan hal-hal yang tak amsuk akal. Padahal sebelumnya dia tak pernah begitu. Kubaringkan badanku menghadap arah yang berlawanan; saya merasa malas memandang mukanya. Untuk beberapa saat, Toni terdiam. Kukira dia akhirnya memutuskan untuk tidur, tapi saya salah!
Saya tak tahu berapa lama waktu telah berlalu, tapi tiba-tiba saya merasa seseorang memelukku erat-erat dari belakang. Dengan panik, saya mencoba untuk melepaskan diri tapi tiba-tiba orang itu menempelkan sehelai saputangan basah di hidungku. Dia sedang mencoba untuk membiusku! Namun sulit sekali untuk tidak menghirupnya, apalagi dalam keadaan panik. Dan begitu saya menghirupnya, kontan tubuhku terasa sangat ringan dan tak berdaya. Setelah yakin bahwa saya lemas, orang itu pun membalikkan badanku agar saya menghadap wajahnya. Astaga, dia Toni! Mataku berkaca-kaca, saya ingin bertanya, 'Kenapa kau lakukan semua ini padaku, Toni?'. Namun otot mulutku tak dapat kugerakkan, kaku semua. Kudengar Toni berkata.
"Maafin gue. Gue terpaksa melakukannya. Selama ini, gue telah telanjur jatuh cinta ama loe. Gue pengen loe menjadi pacar gue. Gue pengen memiliki loe."
Dan dengan itu, Toni memaksakan sebuah ciuman padaku. Saya berusaha untuk melawannya, tapi apa dayaku. Perasaan mual menguasaiku, ingin rasanya saya muntah. Namun, Toni terus menciumku. Lidahnya memaksa masuk dan bermain-main di dalam mulutku. Kurasakan air liurnya menetes masuk dan berbaur denganku.
"Gue sayang ama loe, gue cinta loe," katanya di sela-sela ciumannya. Tangannya yang kuat meraba-raba wajahku dan turun ke pinggang.
Begitu sampai di sana, tangannya menyelip masuk dan berusaha untuk membuka resleting celana jeanku. Toni ingin menelanjangiku! Rasa panik melanda diriku, saya tahu apa yang dia inginkan. Dia ingin bersetubuh denganku seperti adegan film gay porno yang sering dia tonton. Apa yang dapat kulakukan? Dengan pasrah, saya hanya dapat membiarkan Toni melepas celana jeansku dengan leluasa. Hal yang sama dilakukannya pada celana dalam putihku.
Kontolku yang masih lemas menyembul keluar dan berbaring di sisi pahaku, seakan memohon untuk tidak diusik. Tapi Toni memang seorang binatang. Kontolku langsung digenggam dan dikocok-kocok. Saya harus mengakui bahwa kocokannya terasa nikmat, tapi saya kembali mengingatkan diriku bahwa saya sedang diperkosa. Namun kontol punya pikirannya sendiri. Tanpa bisa dikendalikan, kontolku mulai berdiri. Dan Toni langsung menyedotnya! Saya tak mengira dia akan senekad itu. Hisapannya sungguh enak dan bertenaga, saya sampai kelojotan dibuatnya. Berhubung mulutku kaku, saya hanya dapat mengeluarkan bunyi napas saja.
"Hhoohh.. Hhoosshh.. Hhoohh.. Hhoohh.." Tapi sebagian diriku masih berjuang untuk melawan kenikmatan terlarang itu.
Tiba-tiba Toni melepaskan sedotannya, dan berdiri. Tanpa malu sedikit pun, Toni menelanjangi tubuhnya tepat di hadapanku. Toni memang bertubuh tegap dan berdada bidang, berkat fitness. Dan wajahnya memang tampan. Kontolnya menjulang tinggi di hadapanku, berdenyut-denyut. Nampak kepala kontolnya berkilauan, basah dengan precum. Dia terangsang sekali melihatku terbaring tak berdaya, hampir telanjang. Menuntaskan pekerjaannya, kaosku pun dilepaskan secara paksa. Kini saya telah benar-benar telanjang. Toni berkata lagi.
"Loe bikin gue terangsang banget, liat nih palkon (kepala kontol) gue, basah ama precum. Gue pengen bercinta ama loe."
Kontolnya yang sudah basah dengan precum dipukul-pukulkan ke wajahku, seolah ingin memperkenalkanku dengan kontolnya terlebih dahulu sebelum dia memuali penetrasi. Seakan saya hanya seonggok daging, Toni siap menyodomiku. Berlutut di depan kakiku, diangkatnya kedua kakiku tinggi-tinggi. Anusku yang berkedut-kedut pun terekspos.
Toni memandangnya dengan mata penuh nafsu birahi, lidahnya menjilati bibir atasnya. Kemudian, kakiku diletakkan di atas kedua bahunya yang bidang. Astaga, dia bahkan tak mau repot-repot memakai kondom! Saya takut sekali, tapi tak ada yang dapat menolongku. Mulutku tak dapat kugerakkan, begitu pula dengan anggota tubuhku yang lain. Dan tak ada seorang pun yang berada di sekitar wilayah kemah kami. Sudah takdirku untuk diperkosa oleh sahabat baikku sendiri!
Tanpa ampun, Toni menghujamkan kontol bajanya tepat ke dalam lubang anusku yang masih perjaka.
AAARRGGHH..!!" teriakku dalam hati.
Hilang sudah keperjakaanku. Sungguh sakit sekali rasanya. Lubang anusku yang ketat seakan sobek diterjang kontol sebesar kontol Toni. Toni mengerang saat kontolnya sudah terbenam seluruhnya.
"AARRGGHH..!!" Ditatapnya mataku sambil berkata.
"Lobang loe enak sekali. Akhirnya, loe milik gue. Oohh.. Ngentot.. Aahh.. Gue lagi ngentotin loe.. Aarrghh.."
Hancur hatiku mendengarnya berkata seperti itu. Sungguh tak kusangka Toni bakal setega itu terhadapku. Saat dia menarik kontolnya mundur, saya kembali mengerang dalam hati dan hanya mampu mengeluarkan desahan napas kesakitan.
"Oohh.. Hhohh.." Tiba-tiba, Toni kembali mendorong kontolnya masuk.
"AAARGHH!!"
Tarik lagi, dorong lagi, tarik, dorong, tarik.. Toni mulai menyodomiku dengan ritme tetap. Semakin lama, gerakannya semakin cepat. Gerakan otot pinggulnya beserta kontolnya seperti mesin pemompa, yang terus memompa pantatku tanpa ampun dan tanpa rasa kasihan. Nafsu telah membutakan matanya. Air mataku mengalir dengan deras. Sebagian dikarenakan oleh rasa sakit yang amat teramat sangat, dan sisanya karena rasa sakit hati. Toni telah merenggut sebagian hidupku. Saya tak lagi utuh.
"ARGH! UGH! ARGH!" erang Toni terus menerus seirama dengan sodokan kontolnya.
Saya tak tahu sudah berapa lama dia memperkosaku, tapi dia memang tahan banting. Tiba-tiba kontolnya mendorong sesuatu di dalam tubuhku. Kontan, kontolku yang masih belepotan ludah Toni bangkit dari tidurnya dan berdiri ngaceng bak tiang bendera. Gelombang nikmat menyerang tubuhku seolah-olah saya sedang mengalami orgasme.
"Astaga, apa itu? Kenapa saya terangsang? Tidak mungkin!" pikirku. Namun kembali Toni mengenai bagian organ dalamku itu, dan gelombang kenikmatan kedua mendera diriku. Saya sedang dipaksa untuk menikmati perkosaan homo!
Wajah Toni berseri-seri melihat kontolku tegang. Langsung saja kontolku dipegang-pegang. Kembali dia mulai mencoli kontolku. Dengan tekad penuh, dia ingin membuatku ngecret sebagai tanda bahwa saya miliknya. Walaupun saya mencoba melawan, namun gelombang kenikmatannya semakin bertambah besar. Dan pelan-pelan sodokan kontol Toni memang terasa nikmat sekali. Begitu pula dengan kehangatan tangannya yang sedang membungkus kontolku.
"Astaga, saya tertular kehomoan-nya??" Namun saya tak kuasa menahannya. Benteng pertahananku runtuh. Saya membiarkan kenikmatan itu menjalari dan menguasai tubuhku.
Toni mempererat genggamannya pada kontolku, wajahnya menyeringai kesakitan. Napasnya memburu-buru, dan tiba-tiba..
"AARRGGHH..!!"
CRROTT!! CCROOTT!! CCROOTT!! Toni ngecret!! Pejuhnya ditembakkan sembarangan di dalam anusku, membanjiri bagian dalam perutku. Terasa sekali rasa panas yang membakar perutu. Andai pria bisa hamil, saya pasti sudah hamil sekarang! Namun mendadak saya pun merasa bahwa saya akan segera mencapai klimaks-ku. Pejuhku memaksa naik dan akhirnya tersembur keluar lewat lubang kontolku.
CCROOT!! CROOTT!! CCRROOTT!! Berhubung saya tak dapat bersuara, maka hanya desahan napasku yang terdengar.
"Hhohh!! Hhoohh!! Hhoohh!! Hhoohh!!" Tubuh kami terguncang-guncang, mengejang-ngejang seperti orang kesakitan. Kenikmatan orgasme menguasai kami berdua. Bahkan saya pun tunduk.
"AARRGGHH..!! AARRGGHH!! UUGGHH!!" erang Toni, terus menghentak-hentakkan pinggulnya. Dan akhirnya semuanya berakhir.
Toni mengeluarkan kontolnya dan terasa pejuhnya mengalir keluar dari lubang pantatku yang menganga lebar. Bercak darah dan kotoranku mengotori kontolnya yang mulai mengempis. Dengan sehelai tissue, Toni sibuk membersihkan kemaluannya, sementara saya hanya terbaring di situ, menatap langit-langit kemah kami dengan pandangan kosong. Dapat kurasakan pejuhnya menyebar ke dalam perutku. Tubuhku mulai menyerap benih-benihnya itu.
Keesokkan paginya, tubuhku mulai dapat kugerakkan, meskipun agak terasa sakit dan lemas. Toni masih berusaha untuk merayuku dan ingin kembali berhubungan homoseks denganku, namun kutolak dengan tegas. Entah kenapa, Toni tak lagi menggunakan obat bius yang dicurinya dari lemari obat ayahnya. Ayah Toni memang seorang dokter, jadi mudah bagi Toni untuk mencuri obat bius.
Kami bertengkar hebat. Saya memakinya karena telah tega memperkosaku sedangkan dia membela diri bahwa dia melakukannya atas dasar cinta. Hubungan kami berakhir sampai di situ. Belakangan kudengar bahwa dia pindah ke luar kota sendirian. Mungkin dia malu denganku dan merasa bersalah. Dalam hatiku, saya amat sedih kehilangannya. Saya mungkin telah memaafkannya, tapi kesalahnnya tak dapat kulupakan seumur hidupku.
Subscribe to:
Posts (Atom)